Mengenal Sunda Megathrust dan Kaitannya dengan Gempa Myanmar

Sukabumiupdate.com
Sabtu 29 Mar 2025, 13:30 WIB
Mengenal Sunda Megathrust dan Kaitannya dengan Gempa Myanmar (Sumber : Ist)

Mengenal Sunda Megathrust dan Kaitannya dengan Gempa Myanmar (Sumber : Ist)

SUKABUMIUPDATE.com - Sunda Megathrust ramai disebut usai gempa kembar atau doublet earthquake mengguncang wilayah Mandalay, Myanmar, pada Jumat, 28 Maret 2025. 

Doublet earthquake adalah fenomena di mana dua gempa dengan magnitudo hampir sama terjadi dalam rentang waktu yang berdekatan dan di lokasi episenter yang relatif dekat.

Lantas, apa itu Sunda Megathrust? Simak informasinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber!

Mengenal Sunda Megathrust

Mengenal Sunda Megathrust dan Kaitannya dengan Gempa MyanmarMengenal Sunda Megathrust dan Kaitannya dengan Gempa Myanmar

Sunda Megathrust, juga dikenal sebagai zona subduksi Selat Sunda, adalah sesar yang membentang sepanjang sekitar 5.000 kilometer. Jalur Sunda Megathrust ini dimulai dari Myanmar di bagian utara, melewati barat daya Sumatera, kemudian berlanjut ke wilayah selatan Jawa dan Bali, hingga berakhir di dekat Australia.

Dilansir dari siagabencana.com, menurut laman Wikipedia yang diadaptasi dari USGS, Sunda Megathrust adalah zona subduksi di batas lempeng konvergen, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Struktur ini merupakan salah satu zona tektonik paling aktif di dunia dan telah menjadi penyebab berbagai gempa bumi besar, termasuk tsunami Samudra Hindia tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 230.000 jiwa.

Zona Sunda megathrust terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Andaman Megathrust, Sumatera Megathrust, dan Java Megathrust.

Zona Megathrust ini memiliki bentuk curviplanar, yang menyerupai busur jika dilihat dari atas. Selain itu, sudut kemiringan atau "dip" meningkat dari palung menuju garis pantai Sumatra. Sebagai contoh, sudut di bawah Kepulauan Mentawai mencapai sekitar 15-20 derajat, sementara di dekat garis pantai Sumatra, sudutnya meningkat hingga 30 derajat.

Gempa bumi yang terkait dengan Sunda megathrust terjadi di sepanjang zona ini, baik di dalam lempeng subduksi maupun di lempeng overriding. Sejumlah gempa besar yang dihasilkan termasuk kejadian pada tahun 1797, 1833, 1861, 2004, 2005, dan 2007. Peristiwa yang lebih kecil juga pernah terjadi di zona perbatasan antar lempeng, misalnya pada tahun 1935, 1984, 2000, dan 2022.

Masih merujuk sumber yang sama, gempa tahun 1861 disebut memiliki karakteristik yang mirip dengan gempa tahun 2005, yang kemungkinan menunjukkan pola berulang. Selain itu, gempa tahun 2007 dianggap sebagai kegagalan yang tidak sepenuhnya memecah wilayah yang sebelumnya terlibat dalam gempa tahun 1833. Pada tahun 2004, gempa bumi memengaruhi sebagian besar permukaan Megathrust ini.

Catatan: Hingga artikel ini ditayangkan, Zona Megathrust ini terus menjadi fokus penelitian mengingat potensinya untuk menghasilkan gempa bumi besar di masa depan.

Baca Juga: Dua Wisatawan Tenggelam di Laut Ujunggenteng Sukabumi, Satu Ditemukan Meninggal

Kemudian, mengapa Gempa Myanmar dikaitkan dengan Sunda Megathrust?

Gempa bumi di Myanmar, seperti yang terjadi pada 28 Maret 2025 dengan magnitudo 7,7, memiliki hubungan dengan aktivitas tektonik di wilayah tersebut. Myanmar terletak di sepanjang Sesar Sagaing, yang merupakan batas tektonik utama antara Lempeng India dan Lempeng Burma. Sesar Sagaing sangat aktif dan sering menjadi sumber gempa bumi besar di Myanmar.

Merujuk informasi yang dikutip dari Tribun, sesar Sagaing merupakan batas antara Myanmar dan Lempeng Sunda.

Meski Sunda Megathrust dan Sesar Sagaing berada di wilayah yang berdekatan, keduanya adalah struktur tektonik yang berbeda.

Melansir nationalgeographic.grid.id, Sunda Megathrust lebih terkait dengan zona subduksi, sedangkan Sesar Sagaing adalah sesar transformasi lateral kanan.

Dikutip terpisah dari laman Journal of Earthquake and Tsunami, setelah tidak aktif selama sekitar seribu tahun, pergeseran tiba-tiba dari bagian patahan megathrust Sunda sepanjang 1600 km pernah menyebabkan terangkatnya dasar laut antara Aceh dan Myanmar, yang mengakibatkan gempa bumi besar dan tsunami Samudra Hindia yang mengerikan pada tahun 2004.

Tiga bulan kemudian dan tepat di sebelah selatan, pergeseran tiba-tiba dari bagian megathrust sepanjang 350 km di bawah pulau Simeulue dan Nias menyebabkan gempa bumi besar yang merusak dan tsunami yang lebih kecil.

"Karena butuh waktu berabad-abad bagi regangan tektonik untuk terbentuk kembali setelah gempa bumi besar seperti itu, kedua peristiwa ini tidak mungkin terjadi lagi dalam seratus tahun ke depan." tulis Abstract The Sunda megathrust - Past, present and future yang ditulis oleh Kerry Sieh, dikutip dari laman earthobservatory.sg, Sabtu, 29 Maret 2025.

Namun, lebih jauh ke selatan, di lepas pantai provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, gempa bumi dan tsunami besar lainnya kemungkinan akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Sumber: berbagai sumber.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini