SUKABUMIUPDATE.com - Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bergerak cepat untuk mengatasi hal tersebut. Berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pemprov Jawa Barat akan melaksanakan program modifikasi cuaca.
Program ini bertujuan untuk mengurangi potensi banjir yang disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi, terutama di daerah Jawa Barat seperti di Palabuhanratu Sukabumi yang kerap mengalami luapan sungai dan genangan air.
Dengan teknologi modifikasi cuaca, hujan dapat dialihkan ke lokasi yang lebih aman, seperti di laut atau waduk, sehingga dampaknya terhadap pemukiman dan infrastruktur dapat diminimalkan.
Dikutip dari YouTube Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan jika Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat serius dalam upaya modifikasi cuaca selama 10 hari dengan bantuan BMKG.
Gunakan Pesawat untuk Modifikasi Cuaca di Jawa Barat
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengatakan modifikasi cuaca akan dilakukan mulai tanggal 11 Maret hingga 20 Maret.
Wilayah yang menjadi fokus meliputi wilayah Jawa Barat terutama Palabuhanratu di Sukabumi, Bandung, Bogor. Dalam operasi kali ini, BMKG akan menggunakan tiga pesawat yang disesuaikan dengan kebutuhannya:
- Satu pesawat beroperasi 24 jam dengan dana dari BNPB.
- Satu pesawat siang hari untuk pengamanan DKI, dibiayai Pemda DKI.
- Satu pesawat siang hari untuk pengamanan Jawa Barat, dibiayai Pemda Jabar.
“Pesawat-pesawat ini bertugas menjaga awan agar tidak masuk ke wilayah padat penduduk pada siang hari. Sementara itu, pada malam hari, modifikasi cuaca akan mencakup seluruh area yang berpotensi terdampak,” ucap Seto.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ini merupakan upaya manusia dalam mengintervensi proses alami di atmosfer guna meningkatkan atau mengurangi curah hujan. Proses ini dilakukan dengan menyemai awan menggunakan pesawat terbang, menggunakan zat-zat seperti garam, perak iodida, atau bahan higroskopis lainnya untuk memicu atau mengendalikan hujan.
Seto lalu menjelaskan bahwa modifikasi cuaca ini bertujuan untuk menurunkan hujan sebelum mencapai daerah padat penduduk.
“Hujan yang berasal dari laut akan dijatuhkan di laut, sedangkan yang datang dari timur Jatiluhur akan dijatuhkan di Jatiluhur. Sementara itu, hujan dari selatan yang menuju Palabuhanratu atau Sukabumi akan dijatuhkan di Laut Selatan,” ungkap Seto.
Menurutnya, langkah ini merupakan bagian dari upaya BMKG dalam mengintervensi atmosfer agar awan-awan dapat dimanfaatkan secara optimal. "Jika sebelumnya hujan berpotensi menimbulkan bencana, maka melalui modifikasi cuaca ini, kita berupaya mengubahnya agar lebih menguntungkan," tambahnya.
Lebih lanjut, Seto menyebutkan beberapa wilayah yang diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas tinggi dan berisiko banjir, di antaranya Sukabumi dan Bogor.
“Untuk Bandung, hujan akan dijatuhkan di sekitar Danau Waduk dan Jatiluhur agar tidak menyebabkan banjir di Bandung, Hujan dari Sukabumi, akan dijatuhkan di Laut Selatan, Hujan yang berpotensi jatuh di Kuningan dan Karawang, akan dijatuhkan di Laut Utara.” Pungkas Seto.
Program modifikasi cuaca ini dijadwalkan berlangsung mulai hari ini, Selasa, 11 Maret 2025, hingga Kamis, 20 Maret 2025. Dalam pelaksanaannya, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa Pemprov Jawa Barat telah bekerja sama dengan BMKG untuk memastikan program ini berjalan dengan efektif.