Hujan dan Banjir, BMKG Minta Pemerintah Daerah Respon Cepat Peringatan Dini Cuaca Ekstrem

Sukabumiupdate.com
Rabu 05 Mar 2025, 13:14 WIB
BMKG Ingatkan Pemerintah Daerah Harus Cepat Merespons Peringatan Dini Cuaca Ekstrem. (Sumber : BMKG).

BMKG Ingatkan Pemerintah Daerah Harus Cepat Merespons Peringatan Dini Cuaca Ekstrem. (Sumber : BMKG).

SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan perlunya respons cepat dari pemerintah daerah dalam menindaklanjuti peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang telah dikeluarkan.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah seperti Kota Cirebon, Riau, Kabupaten Bogor, Kabupaten Mimika, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Manggarai mengalami hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem. Meskipun BMKG terus memperbarui informasi cuaca, kesiapan daerah dalam menangani peringatan dini masih perlu ditingkatkan guna mengurangi risiko bencana yang dapat membahayakan masyarakat.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa keterlibatan pemerintah daerah dalam upaya mitigasi bencana sangat penting, terutama untuk memastikan bahwa setiap peringatan dini direspons dengan langkah konkret di lapangan.

Menurut Dwikorita, peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi harus diikuti dengan tindakan nyata. Kecepatan dan kesiapan dalam merespons cuaca ekstrem menjadi faktor kunci dalam mengurangi risiko bencana, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.

“Kami terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting dan media sosial BMKG. Namun, efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret. Diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif,” ujar Dwikorita di Jakarta, Selasa (4/3/2025).

Ia juga mengungkapkan bahwa BMKG memahami adanya tantangan, terutama bagi kepala daerah baru yang masih beradaptasi dengan sistem yang ada. Untuk itu, BMKG siap memberikan pendampingan guna meningkatkan pemahaman terhadap sistem peringatan dini agar dapat diterapkan secara efektif dalam langkah mitigasi bencana.

Selain itu, BMKG mengimbau masyarakat agar lebih proaktif dalam mengakses informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan.

Dinamika Atmosfer dan Prediksi Cuaca Sepekan Mendatang

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyampaikan bahwa BMKG memperkirakan antara tanggal 4 hingga 11 Maret 2025, hujan dengan intensitas tinggi akan berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di bagian barat dan Kepulauan Papua.

Gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diperkirakan masih akan aktif di sebagian besar wilayah Sumatra, Barat Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Papua. Hal ini dapat memicu peningkatan pembentukan awan hujan dengan intensitas bervariasi di area-area tersebut.

“Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” ungkapnya.

Guswanto juga menjelaskan bahwa analisis terbaru menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, khususnya di barat Aceh dan selatan Papua. Keberadaan sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin, atau yang dikenal dengan konvergensi, di berbagai perairan, seperti Laut Natuna, Laut Banda, dan perairan selatan Sulawesi. Selain itu, daerah pertemuan angin juga teridentifikasi melintasi Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan.

Kondisi perlambatan kecepatan angin lainnya juga terpantau dari Pesisir Timur Riau hingga Kepulauan Riau, dari Sumatra Barat hingga Sumatra Selatan, serta di berbagai lokasi lainnya. Skenario ini berpotensi memicu peningkatan curah hujan di daerah tersebut, yang dapat berpengaruh pada aktivitas maritim dan masyarakat di pesisir.

Di sisi lain, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang terus aktif di Kepulauan Papua berkontribusi pada dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia. MJO mendukung peningkatan aktivitas konveksi yang dapat memperbesar peluang terjadinya hujan lebat di beberapa area.

Dari sisi analisis labilitas lokal, terdapat potensi signifikan untuk pengembangan awan konvektif di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, dan hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, serta Papua. Kondisi atmosfer yang tidak stabil ini membantu memfasilitasi terbentuknya awan hujan, terutama pada siang, sore, atau malam hari.

“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan. Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang,” pungkasnya.

Sumber: BMKG

Berita Terkait
Berita Terkini