SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 10.352.209 sambaran petir di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya sepanjang 2024. Kejadian sambaran petir terbanyak pada November, sedangkan daerah yang paling ramai sambaran itu adalah Kabupaten Sumedang.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu, dikutip dari tempo.co, aktivitas petir sepanjang November mencapai 3.268.683 kali. Jumlanya itu hampir 90 kali lipat dari kejadian pada Agustus yang tercatat 36.787 kali atau yang paling sepi.
Dari peta sebaran petir BMKG, tampak pola yang membentuk seperti bunga atau baling-baling berbilah empat. Konsentrasi sambaran petir berada di tengah wilayah Jawa Barat dengan titik tengahnya di utara Bandung hingga ke Subang, lalu timur ke Sumedang, barat ke wilayah Kabupaten Bandung Barat, dan selatan ke sebagian Kabupaten Bandung.
“Sambaran petir tertinggi selama 2024 terjadi di Kabupaten Sumedang dengan total 2.223.239 kejadian,” kata Rahayu lewat keterangan tertulis, Rabu, 1 Januari 2025.
Baca Juga: Berlayar dari Ujunggenteng Sukabumi, Nelayan Tewas Diduga Tersambar Petir di Laut Cianjur
BMKG menjelaskan petir merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer bumi yang tidak dapat dicegah dan terjadi akibat lepasnya muatan listrik baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam awan. Petir hanya terjadi pada awan yang sudah mencapai taraf matang.
Awan yang sudah mencapai taraf matang secara umum akan membentuk dua batas lapisan utama elektrifikasi. Pada bagian atas terkonsentrasi medan listrik positif sebagai akibat adanya proses konveksi updraft yang menyebabkan awan bergerak ke atas dan melebihi tingkat pembekuan hingga menjadi kristal es.
Sementara pada bagian bawah terkonsentrasi medan elektrik negatif sebagai akibat adanya proses konveksi downdraft yang menyebabkan butiran-butiran es yang lebih berat bergerak ke bagian bawah awan.
Berdasarkan tempatnya, jenis petir terbagi menjadi tiga. Pertama, petir intra cloud (PIC) yang memiliki mekanisme pelepasan muatan listrik dalam satu awan. Kedua, petir cloud to cloud (CC), merupakan mekanisme pelepasan muatan listrik antara awan dengan awan. Ketiga, petir cloud to ground dengan mekanisme pelepasan muatan listrik dari awan ke bumi (CG).
Petir CG lalu dibedakan lagi, ada yang berjenis negatif yang terjadi akibat pelepasan muatan listrik negatif dari dalam awan menuju ke permukaan bumi. Petir CG- menghantarkan muatan negatif ke permukaan bumi dan memiliki hubungan dengan curah hujan konvektif.
Sementara petir CG+ terjadi akibat pelepasan muatan listrik positif di bagian atas awan menuju ke permukaan bumi. Petir CG+ menghantarkan muatan positif dan memiliki hubungan dengan keberadaan awan Cumulonimbus.
"Petir dengan jenis CG merupakan petir yang paling berbahaya dikarenakan bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia," kata BMKG.
Sumber: Tempo.co