SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengeluarkan peringatan diri suhu panas. Kondisi ini berpotensi ‘membakar’ nusantara RI dengan suhu di sejumlah daerah cukup tinggi, ada yang mencapai 37 hingga 38,4 derajat Celcius.
Suhu panas ini juga dirasakan oleh warga Jawa Barat, bahkan Kota Sukabumi yang merupakan dataran tinggi yang biasanya berhawa sejuk. Rabu petang, (30/10/2024) suhu di Kota Sukabumi masih di kisaran 26 derajat celcius, padahal siangnya kawasan ini dilanda hujan cukup deras.
Hujan deras yang terjadi beberapa waktu sebelumnya di Kota Sukabumi juga tidak terlalu berpengaruh menurunkan suhu panas. Bahkan sejumlah warga Kota Sukabumi mengalami dampak dari kondisi ini, seperti kaca depan mobil yang tiba-tiba retak.
“Kejadiannya sudah semingguan lah. Liat kaca depan mobil sedan accord retak. Bukan seperti bekas pukulan atau kena benda. retak bergaris saja. Nggak tahu kenapa. Ada yang bilang karena cuaca panas,” ungkap Hermawan, warga Kebonmanggu Sukakarya Warudoyong Kota Sukabumi.
Baca Juga: Kronologi Truk Dibajak Pria Diduga ODGJ di Sukabumi Hingga Nyaris Nyungsep ke Sawah
Mobil milik Hermawan ini jarang digunakan, sehari-hari parkir di kawasan plaza dakwah, terlindungi di bawah garasi dari baja ringan. Di lokasi yang sama, kaca depan mobil kijang super milik Anne warga Cikole Kota Sukabumi, yang sehari-hari bekerja dan di parkir di kawasan tersebut juga ditemukan sedikit retak. Belum dipastikan retaknya kaca mobil warga Kota Sukabumi tersebut, akibat suhu panas.
Melansir kantor berita ANTARA, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG, Miming, mengatakan kondisi ini masih berkaitan dengan tutupan awan yang minim dan pergeseran semu Matahari yang berada di atas khatulistiwa. Ia mengatakan bagian selatan khatulistiwa, termasuk pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, masih merasakan cuaca panas 'mendidih' pada siang hari dalam beberapa waktu terakhir.
"Dalam beberapa waktu terakhir ini sejumlah wilayah di selatan Indonesia terutama Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami cuaca panas pada siang hari yang diikuti dengan turunnya hujan pada sore hingga malam hari," tulis BMKG dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
BMKG menjelaskan kondisi tersebut merupakan salah satu ciri masa peralihan musim, yakni pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari didahului oleh udara panas dan terik pada pagi hingga siang hari.
Baca Juga: Cerita Mata Air di Surade Sukabumi, Tempat Ritual Mandi Pejabat dan Mitos Belut Putih
Untuk mengurangi dampak suhu panas tersebut, BMKG mengimbau masyarakat untuk mengonsumsi air minum secara cukup dan teratur agar terhindar dari dehidrasi, terutama saat melaksanakan aktivitas di luar ruangan.
Kemudian, gunakan pelindung seperti topi atau payung untuk melindungi kepala dan bagian tubuh atas, kacamata hitam untuk melindungi mata, bila perlu menggunakan tabir surya untuk melindungi kulit dari paparan sinar Ultra Violet (UV).
BMKG juga mewanti-wanti agar masyarakat tidak sembarangan membakar apapun di lahan kosong dalam kawasan hutan dan penampungan sampah. Di sisi lain, pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan penyiraman darat demi mengurangi potensi kebakaran akibat terik Matahari di kawasan hutan dan lahan maupun tempat sampah.