SUKABUMIUPDATE.com - Badan Geologi Kementerian ESDM memastikan pemicu gempa M5,1 (sebelumnya tercatata M5,0 kemudian di update menjadi M4,9) Bandung pada 18 September 2024 pukul 09:41:08 WIB bukan dari sesar atau patahan Garsela. Gempa darat dangkal yang merusak ribuan bangunan di Bandung dan Garut ini dipicu oleh patahan baru di luar zona garsela, Badan Geologi menamainya sesar Kertasari.
Gempa tersebut berdasarkan catatan aktivitas tektonik BMKG, adalah gempabumi dengan kekuatan terbesar diantara rentetan gempa di zona sesar Garsela, yang terjadi sejak tahun 1900-an. Pasca gempa, Badan Geologi menerjunkan tim untuk melakukan penelitian di wilayah pusat gempa, yaitu sejumlah kampung dan desa di kawasan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.
Para peneliti berusaha mengungkap patahan pemicu gempa, dengan mencari sejumlah ciri alami. Pertama, Jejak Rupture atau retakan, dimana hal ini biasa terjadi pasca gempa dengan kedalaman dangkal. Dimana gempa ini biasanya meninggalkan ciri, bangunan atau jalan atau tanah yang berpindah atau bergerak, dalam radius centimeter hingga meter pasca terjadi gempa. Biasanya, jejak Rupture selalu memanjang mengikuti gerakan patahan atau sesar.
Kedua mencari Sag Pond atau Kolam Air pasca gempa. Ciri alami ini terjadi akibat patahan aktif yang bergerak, biasanya membentuk kolam air dadakan berbagai ukuran. Ada bagian sesar yang bergerak turun atau naik atau bergeser mendatar yang menciptakan cekungan secara tiba-tiba dan menekan air tanah untuk merembes ke permukaan. Sag Pond ini juga biasa tercipta pasca terjadi pergeseran patahan dengan kedalaman dangkal dimana Sag Pond ini akan hilang dengan sendirinya.
Baca Juga: Debit Air Sumur Turun, Warga Surade Manfaatkan Aliran Sungai Cikarang Sukabumi
Peneliti Badan Geologi juga mencari gaya berat dari beberapa permukaan yang berbeda di wilayah Kertasari. Ini untuk mencari adanya struktur yang memiliki perbedaan pasca gempa tersebut.
Hasilnya? Badan Geologi menemukan indikasi patahan baru yang dinamakan sebagai patahan Kertasari. Sesar yang diduga memicu gempa M5.1 pada 18 September 2024 lalu. Patahan ini membentang dari Wilayah Cirawa hingga ke area Pabrik Kenhose.
Badan Geologi menemukan sejumlah Rupture dan Sag Pond yang tercipta akibat gempa tersebut dan bukan berasal dari Patahan Garsela Rakutai, karena lokasinya terletak jauh dari Patahan Garsela Rakutai
Untuk panjang dari patahan atau sesar Kertasari ini belum diinformasikan oleh Badan Geologi. Penelitian ini menambah daftar patahan aktif di Indonesia khususnya Jawa Barat yang harus diwaspadai. Badan Geologi menduga patahan Kertasari terbentuk sejak dulu sebelum adanya pemukiman di wilayah tersebut, namun baru saat ini patahan tersebut memperlihatkan eksistensinya
Baca Juga: Gempa Laut Selatan Guncang Sukabumi, Warga Tegalbuleud Kaget Kaca Jendela Bergetar
Gempa Merusak
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat (Jabar) memperbarui catatan dampak kerusakan dan korban gempa bumi Kabupaten Bandung magnitudo 4.9 yang terjadi pada Rabu, 18 September 2024. Data sementara mencatat ada 2.022 rumah rusak yang tersebar di Kabupaten Bandung, Garut, Bandung Barat, Kota Cimahi, Purwakarta, dan Kabupaten Bogor.
Rincian kerusakan meliputi 534 rumah rusak berat, 476 rumah rusak sedang, dan 1.013 rumah rusak ringan. Selain itu ada 1.467 rumah warga yang terdampak gempa tersebut. Tercatat 5.413 KK atau setara 21.710 jiwa terdampak dan 710 orang mengungsi.
Selain itu terdapat 8 fasilitas kesehatan, 39 fasilitas pendidikan, 60 rumah ibadah, serta dua bangunan terdampak gempa bumi. Korban luka-luka tercatat 79 orang dan satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Kabupaten Bandung mengalami dampak kerusakan terbanyak dari gempa bumi M4.9 tersebut. Tercatat di Kabupaten Bandung terdapat 532 rumah rusak berat, 475 rumah rusak sedang, 1.013 rumah rusak ringan. Di luar itu terdapat 1.263 rumah terdampak. Selain itu 8 fasilitas kesehatan, 31 tempat pendidikan, 55 tempat ibadah, serta dua bangunan terdampak gempa bumi.
Baca Juga: Fakta Kericuhan Laga Persib vs Persija: Kronologi, Sikap PSSI, dan Pernyataan Klub
Korban terdampak gempa juga tercatat paling banyak di Kabupaten Bandung. Rinciannya 5.409 KK atau setara 21.696 jiwa terdampak, 710 orang mengungsi, 78 luka-luka, dan 1 orang meninggal dunia.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyatakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Kabupaten Bandung dan Garut bisa dimulai dalam masa tanggap darurat.