SUKABUMIUPDATE.com - Oksigen adalah unsur kimia dengan simbol O dan nomor atom 8. Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Gas dengan rumus kimia O2 ini sangat penting bagi kehidupan di Bumi karena diperlukan oleh hampir semua makhluk hidup untuk proses pernapasan.
Tahukah Anda? Sebagian besar oksigen di Bumi ternyata diproduksi oleh lautan!
Menurut penelitian, sekitar 50-80% oksigen di atmosfer Bumi berasal dari organisme laut, terutama melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, alga, dan tumbuhan laut lainnya.
Baca Juga: Prasasti Jawa Kuno di Sungai Cicatih Sukabumi, Bukti Kerajaan Sunda di Jabar
Meskipun rahasia umum yang beredar adalah oksigen berasal dari hutan hujan. Faktanya, organisme laut berbasis tumbuhan ternyata memproduksi oksigen untuk udara segar itu, menurut National Oceanic Service.
Plankton, rumput laut, dan fotosintesis lainnya menghasilkan lebih dari setengah oksigen dunia. Meskipun para ilmuwan masih belum dapat menjelaskan misteri lautan lainnya.
Lantas, berapa banyak oksigen yang berasal dari laut? Merujuk laman resmi Pusat Nasional untuk Ilmu Kelautan Pesisir NOAA, diperkirakan sekitar setengah oksigen Bumi berasal dari lautan.
Lapisan permukaan laut dipenuhi dengan plankton fotosintetik. Meskipun tidak terlihat oleh mata telanjang, mereka menghasilkan lebih banyak oksigen daripada pohon redwood terbesar.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar setengah dari produksi oksigen di Bumi berasal dari lautan. Sebagian besar produksi oksigen berasal dari plankton samudra — tumbuhan yang hanyut, alga, dan beberapa bakteri yang dapat berfotosintesis.
Salah satu spesies tertentu, Prochlorococcus, adalah organisme fotosintesis terkecil di Bumi. Namun, bakteri kecil ini menghasilkan hingga 20% oksigen di seluruh biosfer. Persentase produksi oksigen itu lebih tinggi daripada akumulasi semua hutan hujan tropis di daratan.
Baca Juga: Air Danau Mengalir Misterius, Lost Lake Oregon Wisata Ajaib Diluar Nalar
Menghitung persentase pasti oksigen yang diproduksi di lautan sulit dilakukan karena jumlahnya terus berubah.
Ilmuwan dapat menggunakan citra satelit untuk melacak plankton yang melakukan fotosintesis dan memperkirakan jumlah fotosintesis yang terjadi di lautan. Akan tetapi citra satelit tidak dapat menceritakan keseluruhan jumlah oksigen yang dihasilkan oleh laut.
Sebab, jumlah plankton berubah secara musiman dan sebagai respons terhadap perubahan beban nutrisi air, suhu, dan faktor-faktor lainnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah oksigen di lokasi tertentu bervariasi menurut waktu dan pasang surut air laut.
Penting untuk diingat bahwa meskipun lautan menghasilkan setidaknya 50% oksigen di Bumi, oksigen juga dikonsumsi saat tumbuhan dan hewan yang mati membusuk di lautan.
Kemudian, seperti hewan di darat, hewan laut juga menggunakan oksigen untuk bernapas, dan baik tumbuhan maupun hewan menggunakan oksigen untuk respirasi seluler.
Ada juga oksigen di atmosfer yang telah terakumulasi selama ratusan juta tahun. Sebagai hewan darat, sebagian besar oksigen yang dihirup manusia berasal dari sumber produksi oksigen ini.
Hal ini khususnya menjadi masalah ketika ledakan alga mati dan proses dekomposisi menggunakan oksigen lebih cepat daripada yang dapat diisi ulang. Kondisi tersebut dapat menciptakan area dengan konsentrasi oksigen yang sangat rendah, atau hipoksia.
Baca Juga: Kenapa Sukabumi Dijuluki Kota Mochi? 2 Versi Sejarah Ini Ungkap Alasannya!
Area dengan oksigen yang rendah sering disebut zona mati, karena kadar oksigen terlalu rendah untuk mendukung sebagian besar kehidupan laut. Maka dari itu, Pusat Nasional untuk Ilmu Kelautan Pesisir NOAA melakukan penelitian dan prakiraan ekstensif tentang ledakan alga dan hipoksia untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada ekosistem laut dan lingkungan manusia.