SUKABUMIUPDATE.com - Pernikahan manusia dan robot adalah topik yang sering dibahas dalam konteks fiksi ilmiah dan perkembangan teknologi.
Meskipun hingga artikel ini ditayangkan, pernikahan manusia dan robot belum menjadi kenyataan atau belum diakui secara hukum di negara mana pun.
Gagasan kemungkinan manusia menikah dengan robot ini memunculkan berbagai pertanyaan etis, legal, dan sosial tentang masa depan hubungan manusia dengan teknologi.
Meski begitu, Levy, seorang peneliti Inggris yang baru-baru ini meraih gelar Ph.D. dari Universitas Maastricht di Belanda, mengatakan ihwal pernikahan manusia dan robot. Pada tahun 2050, kata Levy, robot dan manusia akan dapat menikah secara sah di Amerika Serikat.
Baca Juga: Ahli Bedah Andries de Wilde, Tuan Tanah Pencetus Nama "Sukabumi"
Daya tarik fisik, ditambah dengan kemajuan dalam pemrograman pada robot bisa memungkinkan emosi dan kecerdasan seperti manusia Hal ini dapat menghasilkan pasangan buatan yang akan diinginkan oleh sebagian manusia, sehingga ada kemungkinan manusia dan robot menikah di masa depan.
“Tidak dapat dihindari” kata Levy mengatakan kepada seorang reporter, seperti merujuk LiveScience via science.howstuffworks.com, Jumat (20/9/2024).
Levy meyakini manusia dan robot akan menikah di masa depan dengan latar belakang tesis doktoralnya yang meneliti sosiologi, seksologi, robotika, kecerdasan buatan, dan bidang-bidang lain yang terkait dengan pernikahan, cinta, dan robot.
Levy menyimpulkan bahwa semua faktor terpenting yang menyebabkan manusia jatuh cinta satu sama lain dapat diprogram ke dalam robot.
Misalnya, orang yang menyukai wanita genit bisa meminta robot agar diprogram untuk bersikap sopan dan menggoda.
Baca Juga: Obat Dari Kotoran Manusia, Mungkinkah? Ilmuwan: Feses Itu Praktis
Levy tidak meramalkan bahwa pasangan manusia akan berhenti jatuh cinta dan bereproduksi. Peneliti AI itu bahkan tidak berpikir banyak orang akan memilih pasangan robot.
Namun sebaliknya, Levy berpikir bahwa robot akan menawarkan beberapa orang alternatif yang layak untuk mereka yang tidak dapat menemukan pasangan idealnya.
Orang pemalu yang tidak nyaman bertemu orang lain berpotensi mendapat manfaat dari pernikahan dengan robot. Begitu pula dengan orang yang sakit mental atau orang yang memiliki kepribadian tertentu.
Baca Juga: 13 Pelarian Positif untuk Mengalihkan Perhatian dari Masalah Hidup