SUKABUMIUPDATE.com - Feses manusia, menurut para Ilmuwan, dapat dimanfaatkan sebagai obat di masa depan. Obat ini tersedia dalam bentuk transplantasi mikrobiota feses, disebut Fecal Microbiota Transplantation atau FMT.
FMT adalah prosedur medis dengan menggunakan feses yang mengandung bakteri baik (mikrobiota) dari seorang donor sehat untuk memulihkan keseimbangan mikrobiota usus pada pasien yang memiliki masalah kesehatan, terutama terkait dengan infeksi atau gangguan usus.
Produk FMT sendiri telah didefinisikan dalam Peraturan Barang Terapeutik tahun 1990 silam. Terbaru, pada musim gugur tahun 2023 lalu, para ilmuwan NIST di Charleston, Carolina Selatan, menerima kiriman khusus kontainer berisi kantong-kantong berisi kotoran manusia beku.
Baca Juga: Fakta Sains Underrated, Tikus Bisa Tertawa Saat Digelitik!
Tim ilmuwan dan laboratorium luar bekerja sama untuk menggiling material tersebut (feses manusia) menjadi debu halus dan mencampurnya dengan air hingga memiliki konsistensi seperti jus.
Jus feses manusia tersebut kemudian dituangkan ke dalam 10.000 tabung dan didistribusikan ke staf National Institute of Standards and Technology atau NIST di Charleston dan Gaithersburg, Maryland.
Para ilmuwan telah secara ketat menganalisis dan mempelajari campuran bahan limbah feses manusia sejak saat itu. Semua eksperimen ekskresi membantu meletakkan dasar bagi generasi baru perawatan dan obat-obatan yang berasal dari kotoran manusia.
Kekuatan kotoran manusia untuk obat di masa depan berasal dari mikroba yang dikandungnya. Kotoran merupakan contoh kaya dari triliunan mikroba yang hidup di dalam usus, yang semuanya merupakan bagian dari mikrobioma usus.
Kotoran manusia mengandung air, makanan yang tidak tercerna dan berbagai materi anorganik. Sekitar 30% hingga 50% terdiri dari bakteri, virus, jamur dan organisme lain yang pernah hidup di usus manusia.
Baca Juga: 13 Pelarian Positif untuk Mengalihkan Perhatian dari Masalah Hidup
Dalam dekade terakhir, para ilmuwan telah menghubungkan mikrobioma usus dengan sejumlah penyakit manusia, termasuk penyakit radang usus, infeksi bakteri, gangguan autoimun, obesitas, dan bahkan kanker dan penyakit mental.
Mengisolasi mikroba feses dan kemudian mengubahnya menjadi terapi dapat menjadi cara untuk mengobati banyak penyakit. Faktanya, FDA baru-baru ini menyetujui dua obat untuk mengobati infeksi bakteri yang berulang, yang keduanya berasal dari sampel feses manusia yang telah diproses secara berlebihan.
"Kita berada di awal era baru dalam dunia kedokteran." kata ahli genetika molekuler NIST Scott Jackson, sebagaimana dilansir dari laman resminya, Jumat (20/9/2024)
Dokter dapat mengambil sampel mikrobioma langsung dari usus manusia, tetapi itu berarti menjalani prosedur invasif seperti kolonoskopi atau biopsi.
Soal mengapa feses manusia berpotensi jadi obat di masa depan, Scott Jackson mengatakan bahwa mendapatkan spesimen tinja (ironisnya) tidak terlalu sulit.
"Bahan feses itu praktis," kata Jackson.
Memperkuat alasan itu, Jackson menambahkan bahwa, "Semua orang buang air besar." katanya.
Baca Juga: 1.245 Lulus MS, Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi CPNS Kota Sukabumi 2024
Jackson mengatakan bahwa obat-obatan mikroba generasi masa depan bisa berasal dari seluruh mikrobioma manusia.
Obat-obatan di masa depan, lanjut Jackson, akan jauh lebih terbukti secara ilmiah dan efektif untuk mengobati penyakit daripada probiotik saat ini. Sebab, probiotik sekarang merupakan bakteri dari makanan yang difermentasi dan dikategorikan sebagai suplemen makanan.
Hingga artikel ini ditayangkan, obat atau terapi medis dari feses manusia masih dalam tahap penelitian.
"Jika keadaan terus seperti sekarang, saya kira dalam 30 tahun, dokter medis akan memiliki banyak sekali terapi mikroba baru untuk mengobati berbagai macam penyakit," kata Jackson.