SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan tentang potensi gempa bumi megathrust di wilayah Indonesia yang hanya tinggal menunggu waktu.
Adapun maksud "tinggal menunggu waktu", kata Daryono BMKG, bukan berarti segera akan terjadi dalam waktu dekat, karena kejadian Gempa Megathrust Indonesia belum dapat diprediksi.
"Kami katakan 'menunggu waktu', hal itu karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah release (tinggal segmen tersebut yang belum lepas)." kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di akun X pribadinya/@DaryonoBMKG, dikutip Jumat (16/8/2024).
Hal ini membuat masyarakat ramai memperbincangkan potensi Gempa Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, termasuk warga Sukabumi. Selain itu, berkaitan juga dengan kejadian gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo (8/8/2024), berpusat di Pulau Kyushu, Shikoku, dan Kinki, yang merupakan zona megathrust.
"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai sama persis dirasakan oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut" terangnya.
Meski begitu, masyarakat dihimbau agar tidak khawatir berlebihan mengingat upaya mitigasi dapat dilakukan dari sekarang. Sesuai penggunaan diksi "prediksi", maka fenomena Gempa Megathrust Indonesia dapat lebih kecil, lebih besar atau sama dengan prediksi yang ada.
Baca Juga: Selat Sunda & Mentawai-Siberut, BMKG: Gempa Megathrust Indonesia
Kepala Pusat BMKG Daryono juga mengatakan potensi gempa bumi di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah dibahas sejak lama, bahkan sebelum tragedi tsunami di Aceh pada 2004. Merujuk Tempo.co, ia memastikan pembahasan megathrust belakangan bukan merupakan peringatan dini ihwal bencana dalam waktu dekat.
"Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momentum yang tepat untuk mengingatkan kita," kata Daryono melalui keterangan tertulis, Kamis, 15 Agustus 2024.
Seperti diketahui, kabar soal zona megathrust di Indonesia muncul kembali setelah peristiwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,1 di Miyazaki, Jepang. Lindu yang mengguncang lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku dan Kinki tersebut disoroti oleh para ilmuwan lantaran terkoneksi dengan Megathrust Nankai. Pemerintah Negeri Matahari Terbit bahkan menerbitkan peringatan dini soal risiko gempa besar ke depannya.
"Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian." kata Daryono di akun X pribadinya/@DaryonoBMKG, dikutip Jumat (16/8/2024).
Zona megathrust merupakan istilah untuk jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Di zona megathrust, sumber gempa berasal dari tumbukan lempeng di kedalaman dangkal, sehingga berpotensi memicu tsunami besar dan menyebabkan kerusakan dahsyat di pesisir pantai.
Baca Juga: 2 Sisi Potensi Laut Sukabumi: Gempa Megathrust Selat Sunda & Magnet Wisata Bocimi
Adapun isu soal megathrust akhirnya ramai dibahas juga Indonesia karena keberadaan zona Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Suberut. Kedua zona Megathrust Indonesia ini tergolong sebagai seismic gap atau wilayah rentan yang tidak terguncang selama ratusan tahun.
“Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," tutur Daryono.
Jeda Gempa di Zona Megathrust Indonesia
Secara historis, tercatat gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan di Selat Sunda terakhir terjadi pada 1.757 silam (usia seismic gap 267 tahun). Lindu besar di zona Mentawai-Siberut juga terakhir muncul pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).
“Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan Nankai,” ucap Daryono. “Sehingga mestinya kita jauh lebih serius menyiapkan upaya-upaya mitigasinya.”.
Baca Juga: 10 Ciri Orang Childish Meski Usianya Sudah Tua, Apa Kamu Termasuk?
Daryono lantas memberikan klarifikasi kalimat “tinggal menunggu waktu” yang sempat disampaikan BMKG mengenai Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Tim BMKG tidak mengindikasikan bahwa gempa besar akan datang dalam waktu dekat, namun yang ingin dipaparkan hanya potensi lindu yang masih “tertidur” di kedua zona tersebut.
Hingga artikel ini ditayangkan, Daryono meneruskan, belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu memprediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa secara akurat.
"Informasi soal potensi gempa megathrust yang berkembang sama sekali bukan prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru.” pungkasnya.