SUKABUMIUPDATE.com - Hujan es, atau yang lebih dikenal dengan istilah hail dalam bahasa Inggris, adalah fenomena meteorologi yang terjadi ketika tetesan air di awan membeku menjadi bola-bola es kecil dan kemudian jatuh ke permukaan bumi. Fenomena ini seringkali terjadi saat badai petir atau cuaca ekstrem lainnya.
Hujan es merupakan fenomena cuaca alam yang biasa terjadi. Hujan es/hujan lebat kejadiannya biasanya disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi pendek. Fenomena ini lebih sering terjadi pada pergantian transisi/pancaroba musim, dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Seperti baru-baru ini BMKG telah memprediksi hujan es akan melanda sebagian wilayah Jawa Barat diantaranya Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bekasi , Kota Depok, Kota & Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kota & Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Cianjur.
Baca Juga: BMKG: Waspada Hujan Es Guyur Wilayah Jawa Barat Sepekan ke Depan Termasuk Sukabumi
“BMKG memprediksi potensi hujan es masih akan terjadi dalam 2-3 hari ke depan. ” tulis BMKG dalam postingan akun Instagramnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk tetap tenang karena hujan es merupakan fenomena alam yang normal, serta berteduh di tempat aman apabila hujan es turun.
“Jangan kaget, waspada karena hal itu adalah fenomena alam yang biasa dan sebaiknya juga untuk berteduh menghindar ya karena tetes tetes itu es ya mestinya akan beda dengan tetes air,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Lalu Seperti Apa Proses Terbentuknya Hujan Es Itu?
Mengutip laman nssl.noaa.gov, hujan es biasanya terbentuk dalam awan cumulonimbus yang besar dan tinggi. Awan ini terbentuk karena pemanasan permukaan yang intens yang menyebabkan udara hangat dan lembap naik dengan cepat ke atmosfer.
Di dalam awan cumulonimbus, arus udara naik yang kuat mengangkat tetesan air ke ketinggian yang sangat tinggi, di mana suhu jauh di bawah titik beku. Pada ketinggian ini, tetesan air membeku menjadi butiran es kecil.
Butiran es kecil ini dapat diangkat kembali oleh arus udara kuat ke bagian atas awan, di mana mereka bersentuhan dengan lebih banyak tetesan air super dingin (air yang berada di bawah titik beku tetapi tetap cair). Tetesan ini membeku di sekitar butiran es, menyebabkan butiran es tumbuh dalam ukuran melalui proses berulang-ulang.
Mengutip laman BMKG, berikut ini ada beberapa tahapan indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang yang berdurasi singkat.
- Sehari sebelumnya, udara sejak malam hingga subuh terasa sangat panas dan pengap.
- Udara panas dan pengap akibat kuatnya radiasi matahari, hal ini ditunjukkan dengan perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4,5°C), dengan kelembapan yang cukup tinggi, seperti ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara pada lapisan 700 mb (> 60%).
- Mulai pukul 10.00, awan cumulus (awan berlapis putih) dapat terlihat berkembang, di dalam awan tersebut terdapat awan dengan pinggiran abu-abu sangat terang - abu-abu terangkat seperti kembang kol.
- Pada tahap selanjutnya, awan akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang disebut awan Cb (Cumulonimbus).
- Pepohonan disekitar kita dahan atau ranting yang mulai bergoyang dengan cepat.
- Ada aliran udara dingin di sekitar tempat kami berdiri.
- Biasanya hujan pertama yang turun adalah hujan deras yang tiba-tiba, jika gerimis maka terjadi angin kencang jauh dari tempat kita berada.
- Jika tidak terjadi hujan selama 1-3 hari berturut-turut pada masa pancaroba/musim hujan, terdapat tanda-tanda kemungkinan akan terjadi hujan lebat di awal yang kemudian diikuti angin kencang, baik tergolong angin puting beliung maupun tidak.
Jatuhnya Hujan Es ke Tanah
Hujan es jatuh ke tanah ketika butiran es tersebut menjadi terlalu berat untuk ditahan oleh arus udara naik di dalam awan. Proses jatuhnya hujan es melibatkan beberapa tahap:
Ketika butiran es menjadi cukup besar dan berat, arus udara naik di awan kumulonimbus tidak lagi mampu menahan mereka, dan butiran es mulai jatuh ke bumi.
Saat butiran es jatuh melalui lapisan atmosfer yang lebih hangat, sebagian dari mereka mungkin mulai mencair. Namun, jika butiran es cukup besar atau jika lapisan udara hangat tidak terlalu tebal, butiran es tetap dalam bentuk es hingga mencapai permukaan tanah.
Ketika hujan es mencapai tanah, mereka bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman, kendaraan, dan bangunan tergantung pada ukuran dan intensitas hujan es tersebut.
Kecepatan Hujan Es Turun
Kecepatan jatuhnya butiran hujan es bervariasi tergantung pada ukurannya:
Semakin besar butiran es, semakin cepat mereka jatuh. Butiran es yang lebih kecil mungkin jatuh dengan kecepatan sekitar 20-40 km/jam (12-25 mph), sedangkan butiran es yang lebih besar dapat jatuh dengan kecepatan hingga 160 km/jam (100 mph) atau lebih.
Kecepatan jatuh juga dipengaruhi oleh resistensi udara. Butiran es yang lebih besar dan lebih aerodinamis akan mengalami lebih sedikit resistensi dan jatuh lebih cepat daripada butiran yang lebih kecil dan tidak beraturan.
Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa hujan es adalah fenomena yang kompleks dan melibatkan berbagai proses atmosfer. Meski jarang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, kondisi tertentu dapat menyebabkan terbentuknya hujan es yang cukup signifikan.