SUKABUMIUPDATE.com - Potensi krustasea khususnya jenis rajungan dan lobster di laut Sukabumi belum dimaksimalkan dengan baik oleh warga pesisir khususnya nelayan. Sejumlah peneliti dari DOSPULKAM IPB memperkenalkan inovasi booster umpan dan teknologi perangkap krendet bertingkat untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya krustasea sebagai hasil tangkapan bernilai ekonomi tinggi bagi nelayan di pesisir Kabupaten Sukabumi.
Teknologi ini diperkenalkan dan diaplikasikan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi pada 22 Juni 2024.
Tim peneliti dari Dosen Pulang Kampung (DOSPULKAM) IPB, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, memberikan pelatihan pemanfaatan inovasi ini bagi nelayan di kawasan Loji.
Ketua tim peneliti DOSPULKAM, Dr. Zulkarnain menyampaikan bahwa sebagai amanah Tridarma Perguruan Tinggi dan Departemen PSP FPIK IPB, kegiatan ini merupakan sinergi dengan stakeholders perikanan tangkap di Palabuhanratu dalam memberikan akses informasi pengembangan IPTEKs. Inovasi ini merupakan diseminasi inovasi teknologi hasil penelitian kepada masyarakat nelayan untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan.
Menurut Zulkarnain selama ini penangkapan ikan oleh nelayan di Perairan Teluk Palabuhanratu menggunakan alat tangkap bagan apung, bagan tancap, pancing ulur, rawai layur, payang, jaring rampus, dan trammel net. “Sebelumnya nelayan pernah menggunakan perangkap krendet untuk penangkapan keong macan,” lanjutnya.
Inovasi perangkap krendet dengan booster umpan beber Zulkarnain belum digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu untuk penangkapan krustasea. “Hasil riset di daerah penangkapan pesisir pantai dengan substrat dasar karang berpasir serta karang berpasir lumpur merupakan habitat sumberdaya krustasea jenis rajungan dan lobster. Ini potensi nelayan teluk palabuhanratu yang harus dimaksimalkan,” jelasnya.
Peneliti DOSPULKAM IPB yakin perangkap krendet memiliki peluang untuk dapat memanfaatkan krustasea di Palabuhanratu. Selama ini konstruksi perangkap krendet tradisional tidak memiliki dimensi ruang, sehingga tidak dapat melindungi target tangkapan dari predator di dasar perairan.
“Inovasi perangkap krendet bertingkat, baik yang menggunakan 1 pintu, 2 pintu atau 3 pintu menjadi alat tangkap alternatif yang dapat dikembangkan di perairan Teluk Palabuhanratu untuk memanfaatkan sumberdaya krustasea,” kata Zulkarnain.
Perangkap krendet bertingkat dari Peneliti DOSPULKAM IPB terbuat dari rangka besi dengan diameter 80 cm (perangkap bawah) dan diameter 60 cm (perangkap atas). Bentuk perangkap silinder dengan cover net sebagai pelindung hasil tangkapan dari predator.
Penggunaan perangkap atas dengan tujuan untuk memperluas catchable area dalam proses penangkapan krustasea, sehingga memberikan peningkatan hasil tangkapan, lanjut Zul. Pengoperasian alat tangkap perangkap krendet bertingkat akan menggunakan inovasi booster umpan agar memberikan hasil tangkapan krustasea yang optimal.
Selain sosialisasi program pemberdayaan masyarakat di Loji, peneliti DOSPULKAM IPB juga memberikan pelatihan teknis pembuatan perangkap krendet tradisional, perangkap krendet bertingkat dan pembuatan booster umpan beku. Dimana bahan baku booster umpan beku merupakan campuran jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan bagan dan pancing ulur.
Menurut Zul pembuatan booster umpan melalui proses pencacahan ikan umpan dan dicampurkan dengan larutan kental umpan kemudian dibekukan. Booster umpan ini menjadi alat bantu pemikat dan pengumpul ikan secara efektif kemudian mudah ditangkap dengan alat tangkap yang digunakan nelayan.
Baca Juga: Ada Jati dan Mahoni, Cerita Tegalbuleud Penghasil Kayu dari Sukabumi Selatan
“Jadi alat tangkap perangkap krendet bertingkat dapat digunakan sebagai alat tangkap tambahan selain alat tangkap utama. Misalnya nelayan pancing ulur, saat sore hari berangkat ke daerah penangkapan ikan melakukan setting alat tangkap perangkap krendet bertingkat terlebih dahulu dan ditinggal dengan diberikan pelampung tanda. Waktu perendaman dilakukan dalam waktu 12-15 jam. Di daerah penangkapan ikan, nelayan melakukan kegiatan operasi penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur. Esok pagi sebelum kembali ke dermaga pelabuhan, perangkap krendet bertingkat di angkat ke atas perahu dan setelah mengambil hasil tangkapan perangkap krendet bertingkat di setting kembali,” ulasnya.
“Dalam perkembangannya, diharapkan alat tangkap perangkap krendet bertingkat dengan booster umpan dapat menjadi alat tangkap utama untuk pemanfaatan sumberdaya krustasea di Teluk Palabuhanratu,” pungkas Dr. Zulkarnain.
Baca Juga: Siswa di SMA Belajar Apa? Setelah Jurusan Bahasa, IPS, dan IPA Dihapus
Selain Dr Zulkarnain, tim peneliti DOSPULKAM IPB yang ikut memberikan pelatihan kepada warga pesisir Loji antara lain; Dr. Ronny Irawan Wahju, Dr. Fis Furwangka, Dr. Wazir Mawardi, Ega Aldanita, Muhammad Haykal Ramadhan dan Teknisi Stasiun Lapang Kelautan IPB Syarif Budiman, S.Pi, M.Si, Arik Permana, S.Pi, M.Si., dan Ende Kasma, S.Pi, M.Si, be
Kegiatan ini dihadiri oleh para juragan/nahkoda/nelayan kapal ikan Desa Loji yang merupakan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Berkah Sagara yang dipimpin oleh Derakan Sultandi, Jajat S. Juga hadir staf Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Adi Gumbara dan Yunita staf dari Bappelitbangda Kabupaten Sukabumi, Sholahudin dan Erwan dari Organisasi Rukun Nelayan Desa Loji, dan Mahasiswa program PPK Ormawa Himafarin.