SUKABUMIUPDATE.com - Penyebab pemanasan global, seperti akumulasi gas rumah kaca di atmosfer, menjadi perhatian utama dalam konteks perubahan iklim global.
Gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O) berasal dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
Konsekuensi dari peningkatan kadar gas-gas ini mencakup perubahan iklim ekstrim, kenaikan permukaan air laut, serta ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati global.
Tindakan bersama global sangat diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak buruk pemanasan global bagi ekosistem dan kehidupan manusia di Bumi.
Mengutip dari laman Kementerian Keuangan, berikut penyebab pemanasan global yang perlu diketahui.
Baca Juga: Kadar Gula Darah Terkendali, 4 Makanan Manis yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
1. Peningkatan Gas Rumah Kaca
Peningkatan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) terjadi karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Proses ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, yang memperkuat efek rumah kaca dan mengakibatkan peningkatan suhu global.
2. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah fenomena alamiah di mana gas-gas seperti CO2 dan CH4 menyerap dan memancarkan panas di atmosfer, yang mengakibatkan penahanan panas di permukaan bumi.
Namun, aktivitas manusia yang meningkatkan emisi gas rumah kaca, seperti industri dan transportasi, menyebabkan peningkatan efek ini secara berlebihan. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan iklim global dan menyebabkan perubahan cuaca ekstrem serta naiknya permukaan air laut.
3. Polusi dari Sampah Plastik yang Tidak Daur Ulang
Sampah plastik seperti botol, kantong belanja, dan styrofoam tidak terurai secara alami dan memancarkan gas metana saat terurai di lahan pembuangan sampah. Selain itu, produksi plastik juga memerlukan energi fosil dalam pembuatannya, yang menyumbang pada emisi gas rumah kaca. Permasalahan ini diperparah oleh ketidakmampuan infrastruktur global dalam mengelola dan mendaur ulang limbah plastik dengan efektif.
Baca Juga: 7 Cara Mengendalikan Gula Darah Dengan Diet Diabetes, Ini Saran Ahli Gizi!
4. Boros Penggunaan Listrik
Penggunaan listrik yang boros, terutama bergantung pada pembakaran batu bara dan gas alam, menghasilkan emisi CO2 yang signifikan. Ini terjadi baik di sektor industri maupun rumah tangga. Permintaan energi yang terus meningkat, terutama di negara-negara berkembang, menambah tekanan pada sumber daya energi fosil dan memperburuk masalah pemanasan global.
5. Polusi Udara dari Asap Industri
Industri pabrik menghasilkan asap dan partikel lainnya yang mengandung polutan seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx). Polutan ini tidak hanya mencemari udara tetapi juga berkontribusi pada pembentukan kabut asap dan hujan asam, yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Konsentrasi tinggi gas rumah kaca dari emisi industri juga berkontribusi signifikan pada pemanasan global.
6. Penebangan Hutan
Deforestasi atau penebangan hutan secara besar-besaran untuk kegiatan pertanian, pembangunan, dan kebutuhan kayu menyebabkan hilangnya habitat dan menurunkan kemampuan hutan dalam menyerap CO2 dari atmosfer. Selain itu, pembakaran hutan untuk membersihkan lahan juga menghasilkan emisi CO2 yang signifikan, mempercepat laju pemanasan global.
Baca Juga: 8 Makanan Lebaran yang Sebaiknya Tidak Dimakan Penderita Gula Darah Tinggi
7. Penggunaan Berlebihan Chlorofluorocarbon (CFC)
Penggunaan berlebihan CFC dalam sistem pendingin dan pengkondisian udara serta dalam produk-produk kimia lainnya menghasilkan klorin dan bromin, yang merusak lapisan ozon di stratosfer.
Penipisan lapisan ozon ini memungkinkan sinar ultraviolet B (UV-B) merusak tanaman dan plankton laut serta meningkatkan risiko kanker kulit dan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh manusia.