SUKABUMIUPDATE.com - Guru Besar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Prof. Dr. Aswan, S.T., M.T., memaparkan perspektifnya tentang sejarah pembentukan bumi. Hal itu ia sampaikan pada Orasi Ilmiah Guru Besar pada Sabtu (22/7/2023) lalu.
Dengan topik “Perjalanan Panjang Sang Penjelajah Waktu dalam Perspektif Sejarah Bumi”. Prof. Aswan berbicara sejarah bumi dalam kaitannya dengan ilmu paleontologi dan geologi sejarah.
Mengutip dari itb.ac.id, Prof. Aswan menyatakan bumi terbentuk sejak 4,5 milyar tahun lalu berupa bola api yang membara yang terdiri dari magma pijar dengan suhu permukaan seperti suhu matahari sekarang.
Kala itu, kata Prof. Aswan, banyak benda angkasa menghujani bumi yang kemudian benda tersebut membawa kehidupan dan air di bumi untuk pertama kali.
Dosen Teknik Geologi ITB itu menyebut pada 4 miliar tahun lalu, bumi mulai mendingin dan ditutupi oleh uap air hasil pendinginan magma lalu dipicu petir dan terbentuk hujan pertama kali di bumi. Hal ini kemudian menjadikan bumi menjadi dunia air (water world), karena hampir 100% kala itu ditutupi oleh air samudera yang luas.
Kemudian, kehidupan di bumi pada 2 miliar tahun lalu ditandai dengan terbentuknya daratan-daratan yang luas berupa benua di bumi. Banyaknya benua menyebabkan terbentuknya laut dangkal di tepian benua dan sinar matahari dapat mencapai dasar laut. Sehingga munculah bakteri alga yang berfotosintesis dan sisa metabolismenya membentuk stromatolit yang mengeluarkan oksigen sebagai nenek moyang makhluk hidup yang ada di bumi sekarang.
Benua-benua terus berinteraksi satu sama lain. Hingga pada 1 miliar tahun lalu bersatu di kutub selatan menjadi Superbenua Rodinia dan menahan arus hangat dari equator di kutub selatan. Akibatnya bumi mengalami pendinginan dan terselimuti es setebal 1,6 km pada 700 juta tahun lalu. Suhu bumi mencapai -40°C dan menjadi bencana iklim terburuk dan bencana kepunahan pertama di bumi. Makhluk hidup bersel tunggal mulai punah.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Tempat Paling Berbahaya dalam Sejarah Bumi
Seiring berjalannya waktu benua bergerak memisah menyebabkan bumi menghangat dan pemanasan global akibat efek rumah kaca. Akibatnya suhu bumi mulai terkendali pada 630 juta tahun lalu. Makhluk hidup yang masih bertahan dan berevolusi di antaranya Trilobita, Moluska (ubur-ubur), Euripterid (Kalajengking), Cephalaspis, Ortochone (Cumi-cumi raksasa), dan Dunkleosteus. Munculnya kehidupan menjadi awal masa Paleozoikum (540-250 juta tahun lalu).
Beberapa juta tahun kemudian, terjadi penyatuan kepingan benua membentuk Superbenua Pangea. Hal ini berimplikasi makhluk hidup bermigrasi ke darat karena laut mulai mengering sehingga mulai berkembang kehidupan makhluk hidup amfibi pada 400 juta tahun lalu. Tumbuhan tingkat tinggi dan makhluk hidup raksasa mulai berkembang pada 345-280 juta tahun lalu atau yang dikenal zaman karbon. Hal ini disebabkan oleh kadar oksigen yang tinggi menyebabkan sering terjadi hujan dan hamparan tanah menjadi subur.
Paleozoikum berakhir 250 juta tahun lalu karena peristiwa mantel plump di benua siberia yang menyebabkan kepunahan terbesar kedua di bumi. Mantel plump adalah kejadian masa magma yang besar dan panas bergerak menembus dan menghancurkan permukaan bumi. Akibatnya makhluk hidup yang dapat bertahan hanya dinosaurus dan moluska raksasa (amonit). Berakhirnya masa Paleozoikum menjadi awal masa Mesozoikum (250-65 juta tahun lalu).
Beberapa ratus juta tahun lalu kemudian, peristiwa besar kembali terjadi. Hantaman asteroid dan benda angkasa setebal Gunung Everest menghujani bumi menyebabkan dinosaurus dan amonit punah dan masa Mesozoikum harus berakhir di 65 juta tahun lalu. Makhluk hidup yang bertahan hanya fauna mamalia dan memasuki Zaman Tersier (65 juta tahun lalu – sekarang).
"Banyak ahli berpendapat, asteroid ke bumi hanya 350 juta tahun sekali sehingga masa dinosaurus bisa terbilang sangat sial," ungkap Prof. Aswan.
Salah satu makhluk hidup yang dapat mendefinisikan sang penjelajah waktu yakni Moluska. Prof. Aswan menyebut kemampuan Moluska yang mampu bertahan melalui waktu ratusan juta tahun dan beberapa kali mengalami masa kepunahan dapat menjadi bukti nyata evolusi kehidupan di bumi.
Selain itu, kemampuan Moluska menjelajah waktu menjadikan makhluk ini bermanfaat bagi penelitian yang lebih advanced. Prof. Aswan menjelaskan telah melakukan beberapa penelitian terkait Moluska sepeti Moluska Paleogen (Paleogeografi), studi perubahan muka laut dan iklim purba, studi endapan tsunami (Paleotsunami), studi Moluska air tawar dan asosisasinya dengan Vertebrata.
"Segala sesuatu yang dapat kita rasakan di bumi saat ini tentu tidak lepas dari masa kelam bumi dahulu kala. Studi geologi sejarah mampu mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di bumi," pungkasnya di akhir orasi.
Sumber : itb.ac.id / Orasi Ilmiah Prof. Dr. Aswan, S.T., M.T.