SUKABUMIUPDATE.com - Kamis (14/3/2024) hujan persisten dialami banyak daerah termasuk wilayah Jabodetabek, Banten, dan pesisir utara Jawa Tengah sejak dini hari.
Dikutip dari Tempo.co, di Pesisir utara Jawa Tengah, curah hujan sudah kembali intensif sejak beberapa hari lalu dan beberapa wilayah seperti Kota Semarang telah dikungkung banjir.
Peneliti utama di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menunjuk penyebab yang sama di balik bencana banjir di Sumatera Barat dan bagian lain di Sumatera sepekan lalu: mesovorteks 91S.
Baca Juga: Bisa Gagal Panen! Hujan Angin Picu Turunnya Produksi Cabai di Sukabumi
Perbedaannya, yang sekarang mengundang hujan intensitas tinggi di Pulau Jawa dan sekitarnya adalah mesovorteks itu disebutnya telah tumbuh sebagai bibit siklon 18S di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa.
Ditambah pergerakannya kini melambat dengan orientasi barat-timur. "Hal ini karena tekanan rendah di timur yg kini telah jadi dua vorteks," katanya melalui akun media sosial X, Kamis (14/3/2024) pagi.
Pergerakan lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia inilah, menurut Erma, yang telah memicu propagasi atau penjalaran hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line.
Baca Juga: Mengenal Hutan Mikro: Manfaat dan Solusi Alam Terbuka di Tengah Kota
Kondisi itu yang disebutnya menjadi pemicu hujan persisten berhari-hari yang disertai angin kencang. "Bahkan intensitas hujan pun bisa ekstrem," cuit perempuan pemilik gelar doktor bidang klimatologi ini.
Pernyataan Erma itu senada dengan peringatan dini cuaca dari BMKG yang memantau adanya bibit siklon tropis 93P di Teluk Carpentaria bagian timur laut, Australia Utara, dan bibit siklon 94S di Laut Timor sebelah selatan NTT. Beberapa daerah seperti Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, serta NTB dan NTT diminta waspada potensi hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Sumber: Tempo.co