SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga pukul 22.30 WIB, enam kali gempa susulan terjadi setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,7 mengguncang Laut Bayah Banten pada Minggu malam (25/2/2024) pukul 20.07 WIB.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono melaporkan, gempa susulan terbesar yang dirasakan masyarakat terjadi pada pukul 22.04 WIB dengan magnitudo 5,1.
“Gempa ini merupakan rangkaian gempa bumi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa dengan magnitudo M5,7. Hingga pukul 22.30 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 6 gempa bumi susulan (aftershock),” ujar Daryono dalam rilis yang diterima sukabumiupdate.com.
Daryono mengatakan, Episenter gempa susulan M5,1 tersebut terletak pada koordinat 7,61° LS ; 105,88° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 85 Km arah Barat Daya Bayah, Banten pada kedalaman 43 km.
Baca Juga: Surade Paling Terguncang, Analisis BMKG Soal Gempa Laut Bayah M5,7
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, Daryono menyebut gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” tuturnya.
Menurut Daryono, gempa bumi M5,1 ini berdampak dan dirasakan di daerah Surade, Panimbang, Palabuhanratu dan Tanjung Lesung dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, BMKG mengeluarkan analisis gempa dengan kekuatan M5,7 yang mengguncang laut Bayah, Banten, atau tepatnya di Samudera Hindia Selatan Banten, Minggu (25/2/2024) pukul 20.07.03 WIB.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,63° LS ; 105,74° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 Km arah Barat Daya Bayah, Banten pada kedalaman 43 km.
Daryono melaporkan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Banten.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust fault ) yang merupakan cerminan Gempa Megathrust,” ungkap Daryono.