SUKABUMIUPDATE.com - Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengatakan suhu permukaan laut yang menghasilkan fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) kini mengarah ke fase netral.
Mengutip tempo.co, kedua fenomena itu diprediksi tidak cukup punya tenaga untuk mempengaruhi musim berkala tahunan di Indonesia yaitu monsun utara dan selatan pada 2024. “Secara global tak ada kemarau atau musim basah yang panjang,” kata Eddy, Jumat, 23 Februari 2024.
Menurut Eddy, sampai akhir Februari ini musim hujan masih akan berlangsung di kawasan pantai utara atau pantura Jawa, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. “Cuma curah hujannya akan berkurang tapi tidak ada yang ekstrem,” ujarnya.
Mulai Maret, April, dan Mei 2024 adalah masa transisi musim atau pancaroba. Juni, Juli, Agustus, diperkirakan masuk kemarau yang diperkirakan normal. Walau begitu, ada beberapa daerah seperti di Aceh dan Sumatera Utara yang bisa terus basah atau diguyur hujan. “Karena lokasinya berhadapan dengan Lautan Hindia,” kata Eddy.
Baca Juga: Peneliti BRIN Sebut Angin Kencang Rancaekek Bandung, Tornado Pertama di Indonesia
Soal prediksi musim 2024 di wilayah Indonesia itu baru-baru ini dibahas bersama para ahli dari BRIN, BMKG, dan beberapa perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Hasanudin. Mereka tergabung dalam kelompok yang dinamakan National Climate Expert Forum.
Tugas forum itu, kata Eddy, membuat konsensus lewat pertemuan dua kali setahun untuk membahas prediksi musim hujan dan kemarau di Indonesia. Waktu pertemuan biasanya antara Januari-Februari untuk membahas musim kemarau. Agustus mengulas potensi musim hujan yang akan terjadi.
Beberapa lembaga pemantau cuaca dari beberapa negara sekitar Indonesia juga memprediksi soal pola musim yang tanpa pengaruh El Nino maupun El Nina. Fenomena El Nino yang terpantau muncul sejak Mei 2023 menghasilkan kemarau panjang di Indonesia setelah tahun-tahun sebelumnya musim tahunan dipengaruhi fenomena El Nina yang membuat kemarau basah.
Sumber: Tempo.co