SUKABUMIUPDATE.com - Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Ismawan mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap gempa bumi. Termasuk bagi mereka yang tidak berada di zona sesar.
Mengutip tempo.co,. Ismawan menjelaskan penyebab gempa di wilayah Sumedang beberapa waktu lalu adalah pergerakan patahan aktif yang termasuk ke dalam jenis gempa tektonik. Gempa bumi terjadi akibat pergerakan sesar yang selama ini belum terpetakan.
Mengingat hal ini, Ismawan mengajak agar masyarakat untuk senantiasa sigap dalam menyikapi gempa bumi. "Meskipun tidak berada di daerah yang selama ini sudah dipetakan, tetapi tetap harus waspada,” kata dia pada Selasa, 9 Januari 2024.
Ismawan mengatakan gempa bumi tektonik umumnya tidak menunjukan tanda-tanda dan terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui lokasi dan letak sesar guna mencegah kerusakan. Sekalipun pada sesar yang sudah ditemukan, studi masih harus tetap dilakukan agar arah sesar jelas.
“Karena kalau ada gempa, yang paling rusak (di) sepanjang garis itu. Kalau sekitar-sekitarnya, kalau gempanya tidak terlalu besar meskipun merusak, goncangan saja mungkin tidak membuat infrastruktur yang cukup besar rusak,” kata Ismawan.
Baca Juga: Gempa Cianjur dan Sumedang Buktikan Banyak Sesar di Jabar yang Belum Dipetakan
Di sisi lain, biasanya peristiwa gempa bumi diikuti dengan gempa susulan yang getarannya lebih kecil dari gempa utama. Akan tetapi, bukan berarti bahaya dari gempa susulan tersebut praktis berkurang.
“Karena pada saat gempa utama banyak infrastruktur yang sudah mulai rusak, sehingga mungkin digoyang sedikit saja bisa rusak. Jadi tidak bisa mengatakan bahwa gempa susulan lebih aman,” kata Ismawan.
Ismawan juga mengungkapkan gempa bumi di Kota Sumedang bukan karena aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari. Sesar ini sudah terpetakan terlebih dahulu dan terbukti merupakan patahan yang aktif. Namun, masyarakat di wilayah yang juga dilewati oleh sesar ini harus terus waspada.
Bicara soal upaya mitigasi, Ismawan mengatakan pentingnya simulasi mitigasi bencana bagi anak-anak. Kebiasaan yang sudah diajarkan sejak kecil dapat meningkatkan kesigapan anak ketika menghadapi bencana. Dengan demikian, kemungkinan risiko pun dapat berkurang signifikan.
“Kalau sudah sering melakukan simulasi seperti itu, tindakan kita mungkin bukan dari hasil pikiran, tetapi sudah otomatis, sehingga risiko bencana itu bisa jauh dikurangi," kata Ismawan.
Sumber: Tempo.co