SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah fenomena astronomi akan terjadi di bulan Januari 2024, salah satunya fenomena Perihelion. Fenomena ini sendiri menyangkut Matahari dan planet Bumi.
Seperti kita tahu jika Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan elips, yang artinya ada saat dimana Bumi berada pada titik terdekatnya dengan Matahari dan ada kalanya Bumi berada sangat jauh dari Matahari.
Nah, Perihelion sendiri merupakan kondisi ketika planet Bumi sedang dalam titik terdekatnya dengan Matahari.
Baca Juga: 121 Meteor per Jamnya, Fenomena Hujan Meteor Quadrantid 3-4 Januari
Melansir dari laman Langit Selatan, pada Rabu (3/1/2024) Bumi berada di titik terdekat dengan matahari pada jarak 0,9833 SA atau 147.105.052 km dari Matahari.
Peristiwa ini sendiri bukanlah fenomena langka. Bumi memerlukan waktu 365 hari atau satu tahun untuk menyelesaikan orbitnya mengelilingi Matahari.
Dengan demikian, dalam satu tahun Bumi pasti melintasi titik terdekat dan terjauhnya, yang berarti peristiwa ini akan terjadi setiap tahun seiring perjalanan Bumi melintasi Matahari.
Setiap tahunnya, Bumi akan berada di titik perihelion pada awal Januari dan tiba di titik aphelion pada bulan Juli.
Baca Juga: Ada Hujan Meteor dan Perihelion, 12 Fenomena Langit Januari 2024
Pada tahun 2022, Bumi berada di titik perihelion pada tanggal 4 Januari dan di titik aphelion pada 4 Juli.
Apa Dampaknya pada Bumi
Masih melansir laman Langit Selatan, jarak rerata Bumi ke Matahari itu 150.000.000 km atau 93 juta mil atau kalau dikonversi ke tahun cahaya, maka jaraknya jadi 8 menit cahaya.
Sederhananya, cahaya Matahari butuh waktu 8 menit untuk tiba di Bumi dengan kecepatan 300.000 km/detik.
Saat fenomena serupa terjadi setahun sebelumnya yakni tanggal 4 Januari 2023, jarak Bumi dan Matahari yaitu sekitar 147.105.052 km dan tanggal 4 Juli 2023 lalu saati di aphelion, Bumi berada pada jarak 152.098.455 km.
Baca Juga: Camping di Bukit Pamoroan, Kerennya Lautan Awan dan Gagahnya Ciremai
Dari jarak ini kita bisa lihat bahwa saat berada pada jarak terdekat, Bumi berada lima juta km lebih dekat ke Matahari, dibanding saat Bumi berada pada titik terjauh.
Bagi kita, pergeseran lima juta tampak sangat besar dan bisa memberi dampak. Tapi, jika kita melihat jarak rerata Bumi dan Matahari yakni 150 juta km, maka pergeseran tersebut sangat kecil.
Tidak ada perubahan jumlah energi yang diterima dari Matahari dan tidak ada dampak signifikan pada cuaca maupun iklim di Bumi.
Kita baru bisa merasakan dampaknya seandainya orbit Bumi sangat lonjong dan perbedaan jarak terdekat dan terjauh sangat besar.
Misalnya seperti asteroid yang mendekat sampai lebih dekat dari jarak Merkurius ke Matahari maka tentu akan lebih panas, atau menjauh sampai jarak Neptunus, maka tentunya akan sangat dingin.