SUKABUMIUPATE.com - Saat ini media sosial diramaikan dengan postingan gambar semangka yang bertujuan sebagai simbol dukungan untuk Palestina yang tengah dilanda konflik berdarah.
Banyak juga publik figur Indonesia yang juga mengunggah gambar semangka di akun media sosial Instagram pribadinya sebagai bentuk dukungan moral bagi warga Palestina dan menentang tindakan militer Israel.
Namun, mungkin masih banyak yang belum paham dengan maksud semangka Palestina ini dan kenapa buah tersebut dijadikan sebagai simbol dukungan untuk Palestina.
Baca Juga: Ramai Boikot Produk Pro Israel Demi Bela Palestina, Ada Banyak di Indonesia!
Asal Usul Semangka Palestina
Melansir dari Suara.com, asal usul semangka jadi simbol dukungan untuk Palestina berawal dari larangan bendera negara tersebut. Buah semangka dipilih karena warnanya dianggap mewakili warna bendera Palestina yakni merah, putih, hitam, dan hijau.
Selain itu, buah semangka juga memang melambangkan budaya dan identitas negara timur tengah tersebut. Buah ini biasa ditanam di seluruh Palestina dari Jenin sampai Gaza dan telah menjadi bagian dari berbagai masakan serta banyak muncul dalam literatur nasional.
Selama bertahun-tahun, buah semangka telah menjadi simbol perlawanan dan digunakan oleh warga Palestina untuk memprotes penindasan Israel terhadap identitas dan terutama bendera mereka. Kali ini simbol semangka pun kembali ramai diunggah warganet.
Baca Juga: 3 Doa untuk Masyarakat Palestina Agar Mendapat Keselamatan dan Perlindungan
Simbol Solidaritas Sejak Tahun 1967
Sebenarnya penggunaan semangka sebagai bentuk dukungan pada Palestina bukanlah hal baru. Semangka menjadi simbol solidaritas Palestina sejak tahun 1967 ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur.
Ketika itu, pemerintah Israel mendeklarasikan bahwa memajang bendera Palestina akan dianggap sebagai tindak pidana di Gaza dan Tepi Barat. Setiap ada bendera Palestina berkibar, meski ada dalam suatu publikasi hingga iklan dan foto-foto lama, warga bisa terancam hukuman penjara bahkan bisa lebih buruk lagi.
Untuk menghindari larangan itu, warga Palestina mulai menggunakan semangka yang memiliki kombinasi warna serupa dengan benderanya sebagai simbol atas bendera negaranya. Buah segar ini lantas muncul di berbagai karya seni, kemeja, grafiti, poster dan karya lainnya yang mengandung perlawanan terhadap zionis.
Baca Juga: Dato Sri Tahir, Konglomerat Indonesia Sumbang Rp 7,5 M untuk Warga Gaza Palestina
Namun, perjalanan simbol semangka ini tidak selalu berjalan mulus. Ketika awal warga menunjukkan protes melalui semangka, pemerintah Israel menutup pameran di Ramallah yang menampilkan beberapa karya seni semangka.
Bukan hanya larangan penggunaan bendera Palestina, Israel juga melarang penggunaan warna serupa dengan bendera itu.
Muncul Kembali
Larangan terhadap bendera Palestina itu baru dicabut pada tahun 1993, setelah ada Kesepakatan Oslo (Oslo Accords) yang mensyaratkan pengakuan bersama oleh Israel dan Palestina. Kesepakatan ini menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade.
Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga merebak pada tahun 2007 saat peristiwa Intifada Kedua. Pada tahun 2021, semangka juga kembali populer saat pengadilan Israel memutus keluarga Palestina di Yerusalem Timur untuk diusir dari rumah mereka guna memberi jalan bagi para pemukim.
Baca Juga: Digunakan Israel Untuk Bombardir Palestina, Ini 4 Fakta Mengerikan Bom Fosfor Putih
Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memberi polisi negara Israel kewenangan untuk menyita bendera Palestina.
Langkah tersebut lalu diikuti dengan pemungutan suara untuk melarang bendera Palestina ditampilkan di institusi yang dibiayai pemerintah, termasuk universitas. RUU ini awalnya lolos, tapi kemudian batal setelah Israel membubarkan parlemen.
Pada Juni lalu, Zazim, organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncurkan kampanye memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Seiring dengan protes ini, gambar-gambar semangka pun terpampang di taksi-taksi yang beroperasi di Tel Aviv.
"Pesan kami kepada pemerintah jelas: kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi," ucap direktur Zazim, Raluca Ganea.
Sumber: Suara.com/Trias Rohmadoni