SUKABUMIUPDATE.com - Pantai Loji Sukabumi hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat terkait banyaknya sampah yang menumpuk. Pantai Cibutun Loji sendiri lokasinya ada di Kampung Cibutun, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Namun tahukah kamu jika sampah adalah salah satu dari penyebab dari pencemaran laut? Ya lautan yang tercemar adalah ulah manusia yang membuang sampah secara sembarangan.
Berbicara mengenai sampah, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memproduksi sampah terbanyak di dunia. Hal ini tentunya bukan hanya menjadi perhatian pemerintah saja, melainkan masyarakat juga.
Baca Juga: 13 Ciri Seseorang Terkena Gangguan Kesehatan Mental, Apa Kamu Mengalaminya?
Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan, sampah apapun termasuk plastik akan sangat berbahaya. Lalu apa saja jenis pencemaran laut? Yuk simak selengkapnya dibawah ini yang dihimpun via laman marineinsight.
Jenis-Jenis Pencemaran Laut
1. Polusi Plastik dan Sampah
Botol plastik, tas, puntung rokok, potongan plastik, sedotan, ban, jaring, dll dapat mengancam ekosistem laut karena ikan dan makhluk hidup lainnya terjerat di dalamnya, mati lemas dan mati. Penyu dan burung laut terkadang memakannya dan bahkan mencernanya, menyebabkan rusaknya sistem pencernaan mereka dan akhirnya mati karena kelaparan.
Polusi Plastik dan Sampah
Mikroplastik merupakan potongan kecil atau pecahan plastik yang dimakan ikan kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut penelitian baru-baru ini, ikan-ikan di Pasifik Utara mengonsumsi sekitar 24.000 ton plastik dalam setahun dan memindahkannya ke ikan yang lebih besar dan kemudian ke manusia.
Baca Juga: 12 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua
Ditemukan bahwa seperempat ikan yang dijual di pasar ikan California mengandung plastik di ususnya. Lebih tepatnya, itu adalah serat mikro plastik. Ditemukan pula bahwa rata-rata orang mengonsumsi 74.000 mikroplastik setiap tahunnya. Jumlahnya mungkin tinggi bagi pecinta makanan laut!
2. Polusi dari Pupuk, Pestisida, dan Insektisida
Polusi dapat didefinisikan sebagai masuknya kontaminan ke lautan. Bahan kimia buatan ini berbahaya dan biasanya dibuang jauh dari garis pantai. Pupuk, pestisida, insektisida, dan herbisida yang kaya nutrisi disemprotkan ke lahan pertanian, dan kelebihannya seringkali berakhir di sungai, sungai, teluk, dan muara terdekat, yang kemudian membawanya ke laut.
Terkadang polutan kimia dapat mengganggu rantai makanan sepenuhnya. Misalnya, DDT adalah insektisida yang menyebabkan elang botak dimasukkan ke dalam daftar spesies terancam punah Ikan dan Satwa Liar Amerika Serikat.
Baca Juga: 10 Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi, Yuk Bunda Lakukan Hal Ini
Polusi dari Pupuk, Pestisida, dan Insektisida
Selain itu, PFA adalah jenis bahan kimia yang digunakan di banyak barang rumah tangga. Itu disimpan dalam aliran darah manusia dan hewan laut. Obat-obatan tertentu yang diminum manusia yang tidak sepenuhnya diserap oleh tubuh kita juga berakhir di jaring makanan laut. Akuakultur juga melepaskan sejumlah besar antibiotik dan parasit dari peternakan ikan dan perairan yang tidak diolah ke lautan.
3. Pencemaran Kebisingan yang Dihasilkan Kapal dan Peralatan Maritim
Pencemaran laut tidak hanya berupa plastik atau polutan lain yang berwujud, namun mencakup aspek tidak berwujud lainnya seperti polusi suara. Banyak mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba, tidak memiliki penglihatan yang tajam. Mereka memahami lingkungan sekitar dan berkomunikasi dengan spesiesnya dalam jarak jauh menggunakan suara. Ini dikenal sebagai ekolokasi.
Polusi Dari Kebisingan
Namun, suara buatan dari kapal, sonar, dan peralatan lainnya mengganggu komunikasi mereka. Hal ini dapat mengganggu siklus hidup mereka dan mempengaruhi migrasi, pola reproduksi, dan proses perburuan. Karena mereka sensitif terhadap suara, kebisingan yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan mereka. Selain kebisingan, mamalia cantik ini terluka oleh lambung kapal dan baling-baling kapal serta mengalami luka mematikan.
Baca Juga: 11 Ciri Pasangan Mulai Menyerah dan Lelah Menjalani Hubungan Bersamamu
4. Bahan Kimia Dari Produk Perawatan Kulit, Khususnya Tabir Surya
Tabir surya dan beberapa produk topikal yang melindungi kulit kita dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya sangat mematikan bagi karang dan biota laut lainnya. Mereka mengandung bahan kimia seperti oxybenzone dan octinoxate yang menyebabkan pemutihan karang, merusak DNA mereka dan mempengaruhi karang muda koloni tersebut.
Bahan Kimia Dari Produk Perawatan Kulit
Mereka juga mempengaruhi ganggang hijau dengan mengganggu fotosintesis. Hal ini juga menyebabkan masalah reproduksi dan merusak sistem saraf bulu babi. Pada lumba-lumba, kerang dan ikan lainnya, hal ini menyebabkan masalah kesuburan dan terakumulasi dalam jaringan mereka, sehingga mempengaruhi pertumbuhan mereka.
5. Polusi Akibat Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak dapat terjadi ketika kapal tanker sedang mengangkut minyak mentah di laut. Namun, yang membuatnya sangat berbahaya adalah sulitnya membersihkannya dan dampaknya terhadap ekosistem laut.
Baca Juga: 10 Tanda Pasangan Mulai Lelah dan Bosan Menjalani Hubungan Denganmu
Minyak membentuk lapisan tipis di permukaan air, mencegah pembubaran oksigen di dalam air. Di wilayah pesisir, hal ini dapat mencemari pantai dan membunuh burung laut. Ketika minyak melapisi sayap burung, ia tidak dapat terbang, dan bulunya kehilangan sifat insulasinya, sehingga menyebabkan kematian akibat hipotermia.
Polusi Dari Tumpahan Minyak
Minyak mengandung banyak senyawa beracun yang menyebabkan masalah kesehatan pada spesies laut, seperti kerusakan jantung dan sistem kekebalan tubuh. Pemulihan, pembersihan, dan rehabilitasi merupakan langkah penting dalam respons terhadap tumpahan minyak. Jika tumpahan minyak terjadi dalam skala besar, dampaknya mungkin akan lebih besar karena tidak mungkin ditangani dengan cepat.
Tumpahan minyak Deepwater Horizon pada tahun 2010 merupakan salah satu bencana yang dampaknya masih terasa hingga saat ini.
Baca Juga: 13 Ciri Sikap Seseorang yang Iri dan Tidak Suka dengan Kita, Sok Peduli!
6. Polusi dari Limbah Industri Beracun dan Limbah
Limbah industri dihasilkan selama kegiatan manufaktur di pabrik atau industri. Bisa berupa limbah padat, cair, atau semi cair juga bisa berbahaya. Limbah ini seringkali tidak diolah dengan baik dan mencemari tanah atau badan air di sekitarnya. Ia juga dapat bercampur dengan sampah kota dan mencapai lautan melalui sungai.
Polusi dari Limbah Industri Beracun dan Limbah
Terdapat undang-undang untuk mengolah limbah sebelum dibuang ke badan air; namun kegagalan sistem septik atau pemeliharaan yang buruk dapat mengakibatkan pembuangan air yang telah diolah sebagian ke sungai, yang mengandung sabun, kotoran manusia, lumpur, dll.
Air tersebut mungkin juga mengandung logam atau bahan kimia yang berdampak negatif terhadap ekosistem perairan dan kesehatan orang yang meminum air tersebut. Racun tersebut dapat membunuh biota laut dan mengganggu rantai makanan.
Baca Juga: 11 Ciri Orang yang Pura-Pura Baik Padahal Aslinya Tidak Suka dengan Kita
7. Polusi Ringan
Penemuan dunia cahaya menerangi seluruh dunia. Saat ini, bahkan pantai dan daerah pesisir pun mendapat penerangan yang baik karena dibangunnya pelabuhan untuk perdagangan dan rekreasi. Namun, para ilmuwan telah mengungkap dampak negatif cahaya buatan di malam hari terhadap spesies laut dan pola hidupnya.
Misalnya, ketika bayi penyu keluar dari telurnya, ia mengikuti cahaya bulan untuk menemukan lautan; namun, cahaya dari restoran tepi pantai, cabana tepi pantai, dan api unggun menghalangi mereka, sehingga peluang mereka untuk bertahan hidup semakin kecil.
Polusi ringan
Cahaya juga mempengaruhi ikan dan makhluk lain yang tumbuh subur di perairan dangkal dekat pantai. Cahaya yang berlebihan mengganggu ritme sirkadian mereka, yang menentukan waktu migrasi, berkembang biak, dll. Selain itu, cahaya menyinari ikan-ikan kecil dan membuat mereka lebih rentan terhadap serangan predator.
Baca Juga: 10 Ciri Kamu Sudah Menemukan Teman yang Satu Frekuensi, Yuk Kenali!
8. Polusi dari Emisi Atmosfer
Lautan dapat tercemar karena atmosfer dalam beberapa cara. Angin membawa debu dan puing-puing, termasuk partikel kecil, potongan plastik, dll., dari tempat pembuangan sampah ke sungai atau laut. Selama musim panas, debu dari Gurun Sahara berpindah ke Karibia dan Florida, lalu mengalir ke Atlantik subtropis. Peristiwa debu ini telah menurunkan kesehatan terumbu karang di sepanjang Karibia dan Florida.
Polusi dari emisi atmosfer
Sejak tahun 1990-an, badai debu semakin parah akibat meningkatnya kekeringan di Afrika. Selain itu, suhu laut meningkat akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer, yang diserap oleh lautan, mengubah kimia air, dan berdampak pada kehidupan laut.
Hal ini mempengaruhi pH lautan dan lautan, yang menjadi lebih asam, sehingga menyebabkan pengasaman laut. Akibatnya, makhluk laut seperti karang dan plankton terkena dampaknya karena mereka tidak dapat membentuk cangkang dan kerangkanya di air yang bersifat asam, sehingga dapat mengikis cangkang atau kerangkanya.
Baca Juga: 10 Ciri Orang yang Pura-pura Bahagia Demi Menyembunyikan Kesedihan
9. Pencemaran Laut Akibat Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah proses yang terjadi ketika suatu perairan menerima nutrisi berlebih, terutama nitrogen dan fosfor, yang menyebabkan tumbuhnya alga. Nutrisi dari sumber air tawar berakhir di laut terbuka dan samudera melalui limpasan dari pabrik-pabrik kota dan industri.
Polusi Laut Akibat Eutrofikasi
Konsekuensinya adalah berkembangnya alga berbahaya yang menyerap seluruh sinar matahari dan mencegahnya menembus permukaan air, sehingga menciptakan zona mati di lautan dengan tingkat oksigen yang rendah.
Selain itu, beberapa mamalia laut mati sementara yang lain bermigrasi dari daerah tersebut ke daerah lain, sehingga mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut.
Baca Juga: 10 Alasan Mengapa Perempuan Sulit Menemukan Pasangan, Kamu Termasuk?
10. Polusi Laut dari Penambangan Laut Dalam
Operasi penambangan di laut dalam mempunyai dampak buruk terhadap lautan. Proyek penambangan selama 30 tahun berdampak pada sekitar sembilan ribu kilometer persegi dasar laut. Ketika lapisan luar kerak gunung laut yang mengandung kobalt dan logam lainnya terkelupas, hal ini akan menghancurkan spons laut dalam dan ekosistem karang.
Polusi Laut dari Penambangan Laut Dalam
Menambang lubang hidrotermal juga membunuh habitat unik dan organisme terkait. Penambangan juga menciptakan gumpalan sedimen karena aktivitas tersebut mengaduk dasar laut. Sedimen ini menyebar ribuan kilometer di luar lokasi penambangan sebenarnya dan berdampak negatif pada hewan penyaring seperti karang dan spesies yang menggunakan bioluminesensi untuk menangkap mangsa atau mencari pasangan.