SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah tengah mengenalkan bioetanol kepada masyarakat. Bahan bakar baru ini disebut-sebut lebih ramah lingkungan dibanding Pertamax. PT Pertamina (Persero) disebut bakal meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bioetanol mulai Juni 2023.
Dilansir dari laman Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui tempo.co, bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Untuk membuat BBM, dibutuhkan bioetanol dengan kadar tertentu.
Bioetanol dengan kadar 90 hingga 94 persen disebut bioetanol tingkat industri, sedangkan bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5 persen maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya, bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar.
Baca Juga: Job Fair Hadir di Kota Sukabumi: 40 Perusahaan, Target 5 Ribu Orang Dapat Kerja
Bioetanol termasuk bahan bakar yang diklaim ramah lingkungan karena menggunakan campuran Pertamax (RON 95) dan 5 persen etanol. Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa bioenergi tersebut diluncurkan guna mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil.
Ia menambahkan, bahwa Pertamina memandang transisi energi bukan hanya sekadar menurunkan emisi karbon, tetapi juga turut mewujudkan kemandirian energi dari sumber daya alam yang ada di Indonesia. “Jadi, nanti Pertamina bulan ini, me-launching produk baru, yaitu Bioetanol. Jadi, Pertamax dicampur dengan etanol,” jelas Nicke ketika siaran pers di Graha Pertamina, Selasa, 6 Juni 2023.
Menurut jurnal Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, bioetanol bisa dibuat dari tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan melalui proses konversi lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode di antaranya dengan hidrolisis fisik, kimia, dan biologi. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi karbon dioksida hingga 18 persen.
Indonesia juga berpotensi bisa menjadi produsen bioetanol yang besar. Sebab, bahan bakunya banyak ditemukan. Dilansir dari laman Pusat Studi Energi UGM, bahan baku pembuatan bioetanol yang banyak dijumpai di Indonesia ada 4 yakni singkong atau ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Keempat bahan baku tersebut dikenal mengandung karbohidrat atau pati yang bisa dibuat menjadi biomassa untuk diproses menjadi bioetanol.
Kemudian untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol, proses yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah ini pati atau karbohidrat dihancurkan oleh enzim atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-buahan mengandung gula, maka tidak perlu dilakukan hidrolisis.
2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan karbondioksida. Jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses ini harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi.
3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95 hingga 96 persen. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik distilasi.
4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5 persen (Fuel Grade Ethanol atau FGE).
Proses Izin Ke Pemerintah
Mengutip dari Tempo, Vice President Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan peluncuran Bioetanol akan digelar setelah proses perizinan ke pemerintah selesai dilakukan. "Kita sekarang sedang proses melakukan pengajuan izin. Kalau sudah ada izinnya, sudah dinyatakan boleh dikomersialisasikan, baru kita akan launching," jelas Fadjar usai konferensi pers.
Sebelum produk Bioetanol diluncurkan, kata dia, Pertamina memastikan bahan bakar tersebut telah dinyatakan lolos uji coba kendaraan dan uji jalan. Uji coba telah dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Ke depan, Pertamina berharap produk Bioetanol akan bisa diuji coba di wilayah lain. "Tentu ke depan harapannya bisa di kota lainnya, tapi sementara di Surabaya dulu," ujar Fadjar.
Sumber: Tempo.co