SUKABUMIUPDATE.com - Burung Julang Emas juga dikenal sebagai burung rangkong emas. Burung eksotis ini memiliki nama latin Rhyticeros Undulatus.
Julang Emas merupakan salah satu jenis burung yang saat ini menghuni Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, Kabupaten Sukabumi.
Burung cantik ini merupakan spesies yang terancam punah dan masuk dalam daftar merah IUCN sebagai VU (Vulnerable) dan Appendix II, CITES.
Baca Juga: 5 Jenis Burung Bersuara Merdu, Harganya Bisa Setara Android!
Selain itu, burung Julang Emas juga dilindungi berdasarkan PermenLHK No. 20 Tahun 2018, UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.7 Tahun 1999.
Di SM Cikepuh sendiri saat ini hanya tersisa tiga ekor burung jenis ini dari yang sebelumnya berjumlah empat ekor. Sayang satu ekor Julang Emas harus mati setelah ditembak orang tak bertanggung jawab.
Julang Emas yang saat ini berada di SM Cikepuh merupakan hasil sitaan BKSDA Bogor dari warga di daerah Bogor dan Jakarta. Sehingga sebelum dilepasliarkan, burung tersebut menjalani rehabilitasi selama 3 tahun di PPS Cikananga Nyalindung. Kemudian menjalani masa adaptasi selama 3 bulan di SM Cikepuh.
Baca Juga: Sempat Ditangkap Warga Ciracap Sukabumi, Julang Emas Kini Dalam Perawatan Medis
Mengenal Burung Julang Emas
Melansir dari laman rangkong.org, burung Julang Emas, memiliki ciri-ciri panjang tubuh berkisar 75-85 cm dengan berat tubuh jantan antara 1,6-3,6 kg, sedangkan betina 1,3-2,7 kg.
Burung ini memiliki bulu punggung, sayap, dan perut berwarna hitam dengan kemilau hijau metalik serta ekor panjang berwarna putih yang menjadikan fauna ini sangat cantik.
Selain itu, paruh panjangnya berwarna putih kusam-kuning pucat serta memiliki balung yang berbentuk lipatan-lipatan rendah serta kerutan yang jelas melintang di pangkal kedua rahang berwarna orange gelap-cokelat.
Baca Juga: Julang Emas Mati Ditembak, Burung Ikon Geopark Ciletuh Sukabumi Kini Tersisa 3 Ekor
Julang Emas Jantan memiliki mahkota dan tengkuk berwarna merah bata wajah dan leher depan berwarna putih hingga berwarna krem. Sedangkan, kulit di lingkaran mata (circumorbital) berwarna merah dan kelopak mata berwarna merah muda.
Sedangkan betina memiliki bentuk tubuh lebih kecil; kepala dan leher berwarna hitam dengan kantong gular berwarna biru, bergaris sama dengan jantan. Kulit di sekitar lingkaran mata berwarna merah dan iris mata berwarna coklat gelap dengan lingkar dalam biru sempit.
Sebaran Burung Julang Emas
Di Indonesia, Julang Emas tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali (termasuk beberapa pulau lepas pantai).
Baca Juga: Berbahaya Jangan Dipelihara! Burung Kenari Asli Indonesia Penunggu Lereng Pangrango
Burung ini umumnya hidup di hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 2.000 m termasuk di SM Cikepuh Sukabumi.
Sementara di Dunia, wilayah persebaran lainnya yaitu Butan Selatan, India Timur, Cina Barat Daya, Asia Tenggara dan Semenanjung Malaysia.
Makanan Burung Julang Emas
Julang Emas memakan buah-buahan yang tersedia di hutan seperti buah ara, buah kenari, buah ulin dan buah mahoni.
Baca Juga: Kijang Terekam di Gunung Gede Pangrango, Pertanda Macan Tutul Masih Ada?
Selain buah-buahan, Burung ini juga memakan hewan-hewan kecil; telur burung, anak burung, katak pohon, kelelawar, ular, kadal dan invertebrata kecil.
Si Petani Hutan
Burung Julang Emas dikenal sangat berjasa terhadap perkembangan ekosistem hutan. Bahkan burung ini dijuluki sebagai petani hutan.
Pasalnya, dengan jaya jelajah burung yang bisa mencapai 100 km persegi, Julang Emas mampu menyebarkan biji-bijian sisa dari makanannya maupun lewat kotorannya.
Baca Juga: 9 Jenis Kucing Besar di Alam, Salah Satunya Menampakan Diri di Cicantayan Sukabumi
Yang perlu menjadi perhatian yaitu, Julang Emas dianggap tidak toleran terhadap hilangnya habitat karena burung ini membutuhkan area hutan yang luas dan terjaga.
Kerusakan hutan menjadi salah satu faktor jumlah burung ini semakin menyusut hingga terancam punah, selain karena ulah pemburu yang tidak bertanggung jawab.
Karena itu penting menjaga kelestarian hutan agar generasi selanjutnya tetap bisa menyaksikan burung eksotis ini berkeliaran di alam bebas.
Sumber: rangkong.org