SUKABUMIUPDATE.com - Matahari, selain memberikan cahaya terhadap Bumi pada saat siang hari, juga memancarkan Ultraviolet yang biasa disingkat dengan UV. Sinar ini memiliki manfaat untuk kehidupan di Bumi namun jika terlalu tinggi maka akan berakibat kurang baik.
Seperti yang terjadi akhir-akhir ini paparan sinar UV selalu tinggu pada siang hari apalagi menjelang musim kemarau di wilayah Bandung Raya pada dasarian kedua Mei 2023.
Melansir dari Tempo.co, Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung Teguh Rahayu, memperingatkan, selain potensi kekeringan, kekurangan air bersih, dan kebakaran hutan, paparan ultraviolet sinar matahari juga berbahaya.
Baca Juga: Mengenal Indeks Sinar UV Saat Cuaca Panas, Begini Dampak dan Tingkat Bahayanya
“Berdasarkan data BMKG, paparan sinar ultraviolet tertinggi atau nilai maksimum di wilayah Indonesia terjadi pada pukul 10.00–16.00,” katanya, Kamis, 27 April 2023.
Menurutnya, semakin tegak sudut datang sinar matahari maka semakin banyak sinar ultraviolet yang masuk, begitu pun di daerah dataran tinggi, serta sedikitnya tutupan awan.
Terekspos oleh sinar ultraviolet pada kisaran pukul 10.00-16.00 dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh, misalnya menyebabkan gangguan mata, kulit terbakar, memicu reaksi alergi, juga merusak sistem kekebalan tubuh.
Untuk mengurangi dampak paparan sinar ultraviolet pada tubuh, menurut Rahayu, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan, seperti membatasi waktu terpapar sinar matahari, terutama di waktu maksimum yang berlangsung antara pukul 10.00–16.00.
Baca Juga: Kemenkes Bagikan Tips Hadapi Cuaca Panas Ekstrem, Hindari Minuman Berkafein!
Kemudian mencari tempat yang teduh, atau menggunakan pakaian yang dapat melindungi tubuh dari paparan langsung sinar ultraviolet.
Penggunaan tabir surya dengan spektrum luas 15 spf atau lebih tinggi juga dianjurkan, sambil menjaga kadar hidrasi tubuh dengan minum air yang cukup.
Menurut Rahayu, pada pertengahan Mei nanti posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara di sekitar 19 derajat Lintang Utara. Kondisi itu mengindikasikan wilayah Indonesia bagian selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.
Sebelumnya diberitakan, BMKG memprediksi musim kemarau pada 2023 akan bersifat lebih kering dibandingkan kondisi klimatologisnya di wilayah Bandung Raya yang meliputi Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.
Baca Juga: 4 Tips Perawatan Kulit Untuk Pria Saat Cuaca Panas, Pakai Sunscreen Ya!
Prediksi BMKG soal kondisi hujan pada dasarian pertama atau 1-10 Mei 2023, potensi jumlah hari hujan hanya berkisar antara 2-5 hari. Peluang hujannya itu pun berkisar 40 sampai 75 persen.
Menurut Rahayu, curah hujan di wilayah Bandung Raya umumnya diperkirakan pada kriteria rendah-menengah atau sekitar 0-150 milimeter per dasarian atau sepuluh hari dengan sifat hujan kategori normal. “Kondisi demikian dapat meningkatkan peluang kejadian bencana seperti kekeringan di wilayah-wilayah dengan topografi tertentu,” ujarnya.
Kondisi itu diprediksi terus berlanjut ke dasarian kedua atau 11-20 Mei 2023 yang memasuki musim kemarau.
Potensi jumlah hari hujannya berkisar 2-5 hari, dengan peluang hujan antara 40–60 persen. Curah hujan umumnya diperkirakan pada kriteria rendah-menengah antara 0-150 milimeter per dasarian dengan sifat hujan kategori normal.
Adapun waktu puncak musim kemarau di wilayah Bandung Raya, diprediksi akan terjadi pada Juli hingga Agustus 2023.
Sumber: Tempo.co