SUKABUMIUPDATE.com - Pada hari Kamis, 20 April mendatang akan dilaksanakan Sidang Isbat 1 Syawal 1444 H atau penetapan Hari Raya Idul Fitri 2023. Entah kebetulan atau tidak, hari pelaksanaan sidang ini bersamaan dengan terjadinya Gerhana Matahari Total 2023.
Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1444 H akan dilaksanakan di 123 lokasi pengamatan Hilal seluruh Indonesia, salah satunya POB Cibeas Sukabumi. Sementara untuk Gerhana Matahari Total yang tahun ini disebut gerhana matahari hibrida, waktu mulainya berbeda sesuai wilayah.
Dari Solo Raya, visual gerhana akan nampak sebagai Gerhana Matahari Sebagian, kontak pertama akan terjadi pada pukul 09:27 WIB, puncak gerhana pukul 10:50 WIB, dan akhir gerhana pukul 12:17 WIB. Saat puncak dari Solo Raya, sekira 53% piringan Matahari akan tertutup oleh Bulan.
Baca Juga: Link Live Streaming CCTV Jalan Tol, Pantauan Realtime Arus Mudik Lebaran 2023
Lebih lanjut, Observatorium Bosscha di Lembang, planetarium dan Observatorium Jakarta juga telah menyiapkan 4000-an kacamata untuk pengamatan Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023. Kalau di Bosscha akan dibagikan gratis sebanyak 3 ribu kacamata, di planetarium Jakarta disiapkan setidaknya seribu plus peta bintang.
Pelaksanaan Sidang Isbat 1 Syawal 1444 H : Kamis, 20 April 2023
Penetapan yang ditentukan dengan Sidang Isbat salah satunya adalah Penetapan 1 Syawal 1444 H atau Lebaran Idul Fitri 2023. Kementerian Agama (Kemenag) sebagaimana dikutip dari PMJ News, akan menggelar Sidang Isbat 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri di Auditorium HM Rasjidi, Jakarta, pada Kamis (20/4/2023) mendatang.
Sidang Isbat dilaksanakan secara tertutup, dan diikuti Komisi VIII DPR RI, pimpinan MUI, duta besar negara sahabat, perwakilan ormas Islam, serta Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menyatakan Sidang Isbat awal Syawal selalu dilaksanakan pada 29 Ramadan, dan tahun ini bertepatan dengan hari Kamis, 20 April 2023.
Sidang Isbat akan diawali dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal yang disampaikan Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Berdasarkan data hisab, pada hari Kamis, 29 Ramadan 1444 H / 20 April 2023 M, posisi hilal saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk dengan ketinggian antara 0° 45' (0 derajat 45 menit) sampai 2° 21,6' (2 derajat 21,6 menit) dengan sudut elongasi antara 1° 28,2' (1 derajat 28,2 menit) sampai dengan 3° 5,4' (3 derajat 5,4 menit).
Baca Juga: Arus Mudik Lebaran 2023: Jadwal Ganjil Genap, One Way, Rekayasa Lalu Lintas
Kementerian Agama, kata Kamaruddin, juga akan melakukan pemantauan hilal atau Rukyatul Hilal di berbagai provinsi dengan menurunkan tim ke 123 titik lokasi di seluruh Indonesia.
Untuk di Provinsi Jawa Barat sendiri ada sebelas titik Rukyatul Hilal yang akan dijadikan Lokasi pengamatan penetapan 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri 2023. Sebelas titik Rukyatul Hilal di Jawa Barat tersebut diantaranya Pasirlasih, Kabupaten Pangandaran; Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya; Pondok Bali, Kabupaten Subang; Santolo, Kabupaten Garut; UNISBA; Pantai Baro Gebang, Kabupaten Cirebon; POB Cibeas Sukabumi.
Kemudian pengamatan Hilal juga akan dilakukan di Observatorium Bosscha; SMA Astha Hannas, Kabupaten Subang; POB Gunung Putri Sukamanah, Pataruman, Kota Banjar; dan Imah Noong, Kabupaten Bandung Barat.
Prediksi Gerhana Matahari Hibrida: Kamis, 20 April 2023
Tanggal 20 April 2023 bertepatan dengan 29 Ramadan 1444 H mendatang diprediksi akan terjadi Gerhana Matahari Total atau kali ini disebut gerhana matahari hibrida.
Termasuk Indonesia, gerhana matahari hibrida akan terjadi di sejumlah wilayah dunia. Meski terjadi di Indonesia, namun secara definisi, Gerhana Matahari yang langka ini tidak akan terlihat di Indonesia.
Diketahui, gerhana matahari hibrida akan terjadi di North West Cape, semenanjung terpencil di Australia Barat, dilansir dari indiatoday.in. Peristiwa ini juga dikenal sebagai gerhana “Ningaloo” yang berasal dari bahasa Aborigin.
Sementara itu, orang-orang di Indonesia hanya akan bisa melihat gerhana Matahari total dan Gerhana Matahari Sebagian. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri tetap menyebut itu sebagai gerhana matahari hibrida karena ada dua jenis Gerhana Matahari yang bakal terjadi di Indonesia. Hanya sebagian wilayah kecil utara Provinsi Aceh yang tidak bisa melihat Gerhana Matahari 20 April 2023.
Baca Juga: Tol Bocimi Seksi 2 Fungsional Mulai 15 April, Lebaran Bisa Mudik via Jalur Pansela
Gerhana Matahari Total akan terjadi di Biak, Papua mulai pukul 12.20 WIT sampai 15.26 WIT dengan puncak gerhana pada 13.57 WIT. Sementara itu, Indonesia Barat dan Tengah akan mengalami puncak Gerhana Matahari sebagian sekitar pukul 10.00–11.30 WIB atau 11.00–12.30 WITA. Di Jakarta sendiri, puncak gerhana akan terjadi pada 10.45 WIB.
Ada kalanya jarak Bulan tertentu menghasilkan bayangan umbra yang tidak cukup panjang untuk sampai di seluruh bagian permukaan Bumi. Oleh karena itu, akan ada bagian yang hanya mendapatkan bayangan antumbra.
Jika hal ini terjadi, Gerhana Matahari dapat dimulai sebagai gerhana cincin, lalu kemudian berubah menjadi gerhana total, kemudian berakhir kembali sebagai gerhana cincin. Itulah yang dinamakan sebagai gerhana matahari hibrida.
Gerhana Matahari hibrida cukup jarang terjadi, hanya sekitar satu kali setiap dekade. Faktor utamanya adalah jarak Bulan dan Matahari terhadap Bumi yang cenderung stabil. Ketika jarak Bulan dan Bumi sedang relatif dekat, hanya umbra yang jatuh di permukaan Bumi sehingga terciptalah Gerhana Matahari total.
Sedangkan ketika jarak antara keduanya sedang relatif jauh, antumbra akan ikut jatuh di permukaan Bumi dan menciptakan Gerhana Matahari Cincin. Nyatanya, jarak Bulan dan Matahari terhadap Bumi dapat beberapa kali berubah dalam satu waktu seperti ketika gerhana matahari hibrida terjadi.
Rentang jarak yang diperlukan agar terjadi jenis Gerhana Matahari itu sangatlah sempit. Sebagian besar konfigurasi gerhana tidak cocok untuk gerhana matahari hibrida.