SUKABUMIUPDATE.com - Gempa menjadi salah satu fenomena alam yang kerap terjadi di wilayah Indonesia baik gempa tektonik maupun vulkanik. Hal tersebut karena wilayah Indonesia merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng besar dunia dan memiliki banyak sekali gunung api aktif.
Namun, gempa tektonik dinilai lebih berbahaya karena bisa menimbulkan kerusakan parah hingga korban jiwa. Salah satu dampak gempa terparah yakni gempa Turki yang berkekuatan magnitudo 7,8 menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa.
Baru-baru ini Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, bahwa Indonesia harus belajar dari bencana alam gempa yang terjadi di Turki. Pasalnya, kata dia, Indonesia juga menghadapi potensi gempa kuat dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif.
Baca Juga: Peneliti BMKG: Morfologi dan Sumber Gempa Turki Mirip Sesar Cimandiri di Sukabumi
Melansir dari Suara.com, hal tersebut disampaikan Dwikorita saat menjadi narasumber dalam seminar nasional yang digelar PDIP bertajuk "Mitigasi Bahaya Secara Cepat Sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya" yang dilakukan secara luring di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (2/3/2023).
Menurutnya, kekinian sejumlah daerah yang potensial menghadapi potensi bencana itu, dimana yang terdekat dari Jakarta adalah di zona Sesar Cimandiri.
Di zona tersebut khususnya Palabuhanratu dan Sukabumi, terdapat Segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala yang berarah Timurlaut-Baratdaya dan menerus ke Teluk Pabuhanratu.
Zona sesar utama Cimandiri tersebut sangat berdekatan dengan jalur Sesar Citarik dan Sesar Cipamingkis yang semua merupakan jalur sesar aktif.
Baca Juga: Titik di Simpenan, Sesar Cimandiri Picu Gempa Guncang Sukabumi
Selain itu, kata dia, potensi gempa kuat yang dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif yang berdekatan atau bersinggungan dapat terjadi juga di zona Sesar Palu Koro.
Di zona tersebut terdapat Segmen Palu, Saluki, Moa, dan Kuleana yang berarah selatan-utara, menerus ke Teluk Palu. Zona segmen sesar utama Palu- Kuleana ini berdekatan dengan Segmen Sesar Palolo A dan Palolo B yang semua merupakan segmen sesar aktif.
"Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini," kata Dwikorita.
Sementara itu, di zona Sesar Semangko, khususnya Kota Bandar Lampung dan Kota Agung dekat Segmen Kumering Utara, Komering Selatan, Semangko Barat, dan Semangko Timur berarah Baratlaut-Tenggara dan menerus ke Teluk Semangko.
Baca Juga: Gunung Bawah Laut Ditemukan di Perairan Selatan Jawa, Tingginya 2200 Meter
Potensi gempa kuat dipicu aktivitas multi segmen sesar aktif juga dapat terjadi di Kota Banda Aceh. Dimana di zona tersebut ini terdapat Segmen Aceh dan Seulimeum. Zona sesar utama ini sangat berdekatan dengan jalur Sesar Pidie Jaya, Batee, Tripa, dan Peusangan yang semua merupakan jalur sesar aktif.
Adapun untuk membayangkan bagaimana potensi bahayanya adalah dengan melihat bagaimana peristiwa gempa Turki yang terjadi akibat patahan yang ada di darat.
Menurutnya, ada dua patahan lempeng yang terjadi pada gempa Turki yakni patahan East Anatolian yang bergerak dengan skala lebih dari 7 skala richter, dan dilanjutkan beberapa jam kemudian dengan patahan lainnya di North Anatolian.
"Sehingga ada tiga gempa terjadi dalam waktu hampir bersamaan, maka daya rusaknya tinggi," tuturnya.
Baca Juga: Fakta Anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Season 3, Tayang Maret 2023
Untuk itu, kata dia, apa yang terjadi di Turki bisa terjadi di Indonesia. Fenomena tersebut memberikan warning bagi masyarakat Indonesia untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi.
"Semua paparan ini bukan untuk menakuti. Tapi untuk edukasi. Kepala daerah harus memperhatikan tata ruang, building code. Sekolah, rumah sakit harus aman dari gempa," pungkasnya.
Sumber: Suara.com