SUKABUMIUPDATE.com - Sesar Cimandiri kembali berulah mengakibatkan guncangan, tepatnya Gempa Sukabumi dengan kekuatan M4.0 dengan kedalaman 3 kilometer pada Selasa (28/2/2023) malam.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyatakan dalam rilisnya soal Gempa Sukabumi yang dipicu Aktivitas Sesar Cimandiri ini. Hal ini didasarkan pada lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya sehingga Gempa Guncang Sukabumi termasuk jenis Gempa Bumi Dangkal.
Sebelumnya diketahui, Gempa Guncang Sukabumi pada Selasa (28/2/2023) dirasakan di wilayah Kota Sukabumi, Palabuhanratu dengan Skala Intensitas II - III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang - Getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).
Kemudian di wilayah Bogor, Lebak dan Bayah dengan Skala Intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Baca Juga: Peristiwa Bersejarah di Bulan Maret: Supersemar hingga Bandung Lautan Api
Berdasarkan pemutakhiran data BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 7.03 lintang selatan dan 106.64 bujur timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 11 km tenggara Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Episenter tersebut menunjukkan titik gempa berada di wilayah Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.
Mengutip catatan redaksi sukabumiupdate.com sebelumnya, Jawa Barat memiliki enam sesar aktif mulai dari Sesar Cimandiri, Cipamingkis, Citarik, Baribis, Garsela dan Lembang.
Untuk diketahui, Wilayah Sukabumi memiliki dua sumber gempa tektonik yang berasal dari patahan lokal, yaitu Sesar Cimandiri dan Sesar Cipamingkis. Adapun informasi terbaru, Sesar Cimandiri adalah pemicu Gempa 4.0 Sukabumi pada Selasa (28/2/2023) malam kemarin. Berikut ulasannya:
Sesar Cimandiri, Sesar Aktif dan Tertua di Jawa Barat
Sesar Cimandiri, menurut studi BMKG, merupakan satu dari enam struktur regional yang masih aktif di Jawa Barat. BMKG menyebut Sesar Cimandiri adalah yang tertua di Jabar jika dibandingkan dengan lima sesar lainnya.
Sesar Cimandiri membentang cukup luas mulai dari muara sungai Cimandiri, palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, hingga kabupaten Subang. Oleh sebab itu, bentang Sesar Cimandiri nantinya akan bertemu dengan Sesar Lembang di Padalarang dan juga Sesar Baribis di Kabupaten Subang.
Setiap tahun, patahan ini bergerak sekitar 4-6 mm. Sesar Cimandiri dipercaya sudah ada sejak 50 juta tahun lalu dan membentuk dua lembah besar yaitu lembah Ciletuh dan lembah Cimandiri.
Sesar Cimandiri dibagi menjadi tiga segmen dengan potensi gempa besar bervariasi.
Segmen pertama yakni Cimandiri di daerah Sukabumi dengan potensi gempa 6,7 magnitudo. Lalu segmen kedua yakni Cibeber di Kabupaten Cianjur dengan potensi gempa 6,5 magnitudo, dan terakhir segmen Sesar Rajamandala dengan potensi gempa 6,6 magnitudo.
Sementara menurut Pusat Riset Kebencanaan Geologi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sesar Cimandiri membentang sepanjang 100 km, mulai dari Padalarang, Bandung Barat hingga palabuhanratu, Sukabumi.
Baca Juga: Nostalgia di Tren Instagram National Little You Day, Wisata Masa Lalu!
Sesar Cipamingkis merupakan patahan lain yang berada di kawasan Sukabumi dan Cianjur, selain sesar Cimandiri.
Lokasi Sesar Cipamingkis berada di wilayah Sukabumi bagian timur dan wilayah barat Cianjur. Hingga saat ini, diketahui aktivitas pergeseran sesar cipamingkis memicu terjadinya gempa kecil.
Sesar Cipamingkis diketahui sangat aktif pada tahun 2018 silam, BMKG mencatat ada 68 kali gempa paling banyak terjadi pada bulan April ( 17 kali) dan Mei (18 kali). Kejadian gempa dengan skala periodisitas dibawah tahun 2018, juga terjadi di tahun 2014, 2015 dan 2016.
Sementara di Sukabumi, Tahun 2022 lalu, Sesar Cipamingkis pernah diduga menjadi penyebab gempa di pesisir selatan, tepatnya hari Jumat, 15 April jelang tengah malam pukul 23.32.28 WIB.
Guncangan gempa dilaporkan cukup kuat di wilayah Ciracap, Surade dan sekitarnya, termasuk Simpenan pada Jumat (15/4/2022).
Sumber: berbagai sumber.