SUKABUMIUPDATE.com - Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas dan umumnya memiliki suhu permukaan air laut hangat atau lebih dari 26.5 °C. Sementara angin kencang yang berputar di dekat pusatnya memiliki kecepatan angin lebih dari 63 km/jam.
Bibit siklon kerap diwaspadai mengingat bentuknya berupa badai besar. Siklon tropis ini didefinisikan sebagai sebuah badai dengan kekuatan yang besar. BMKG menyebut radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km.
Adapun, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau pergerakan dua bibit siklon tropis di sekitar Indonesia, yaitu bibit siklon tropis 94S di Samudra Hindia barat daya Lampung, dan bibit siklon tropis 97S di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), dikutip via Tempo.co.
Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa Laut Muara Binuangeun, BMKG: Kontak di Zona Megathrust
Sebelumnya, BMKG juga telah menjelaskan tentang perkembangan potensi cuaca ekstrem secara umum di Indonesia secara daring pada hari Minggu, 5 Februari 2023.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi atmosfer menunjukkan beberapa fenomena yang mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intensif dalam beberapa waktu ke depan, di antaranya kondisi aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuator dan gelombang Kelvin di beberapa wilayah Indonesia. “Dinamika saat ini dikontrol oleh beberapa fenomena yang terjadi bersama,” jelasnya kepada media.
Adanya Monsoon Asia yang masih aktif serta bibit siklon tropis, pusat tekanan rendah dan sirkulasi siklonik yang membentuk daerah belokan, pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan.
BMKG mendeteksi kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus di sekitar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem di sejumlah daerah selama sepekan ke depan antara 6-12 Februari 2023.
Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk siaga dan waspada menghadapi cuaca ekstrem berupa hujan yang disertai angin kencang. “Cuaca ekstrem dapat menimbulkan banyak kerugian, baik secara materil dan imateril. Selain itu, cuaca ekstrem dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi,” jelasnya.
Baca Juga: Minyak Goreng yang Langka, Pasokan Pangan Lainnya di Sukabumi Aman
Tiga bibit siklon tersebut, diantaranya:
Pertama, Bibit Siklon Tropis 94S yang terpantau berada di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu dengan kecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan udara minimum 1.000,2 mb. Sistem ini bergerak ke arah timur tenggara dengan potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori sedang.
Kedua, Bibit Siklon Tropis 95S yang terpantau berada di Samudra Hindia sebelah selatan Banten dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan udara minimum 1.004,2 mb. Sistem ini bergerak ke arah barat dengan potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada dalam kategori rendah.
Ketiga, Bibit Siklon Tropis 97S yang terpantau berada di Samudra Hindia selatan NTB dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan udara minimum 1.002,8 mb. Sistem ini bergerak ke arah tenggara dengan potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada dalam kategori rendah.
"Kemunculan tiga bibit siklon tropis ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah siklon tropis," kata Dwikorita.
Fenomena lain yang juga perlu diwaspadai adalah fenomena bulan purnama pada tanggal 5 Februari yang berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum yang mengakibatkan terjadinya banjir pesisir atau rob.
"Kondisi ini secara umum dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat," jelasnya.
Baca Juga: Cek Kelengkapan Berkendara, Polisi Gelar Operasi Keselamatan 2023 Mulai Hari Ini
Sementara itu, Deputi Meteorologi Guswanto menerangkan, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, wilayah dengan potensi siaga terhadap dampak hujan lebat periode tanggal 6-7 Februari 2023 perlu diwaspadai di sebagian wilayah Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku.
Khusus wilayah NTT, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, wilayah dengan potensi waspada dan siaga potensi dampak hujan lebat periode tanggal 6-7 Februari 2023 perlu diwaspadai di sebagian wilayah.
Status Siaga meliputi Sumba barat, Sumba timur, Manggarai, Manggarai barat, Sumba barat daya.
Status Waspada meliputi Sumba Tengah, Ende, Nagekeo, Manggarai timur, Kota Kupang, Sabu Raijua, Timor Tengah selatan, Belu, Kupang, Timor Tengah utara, , Alor, Rote Ndao, Malaka, Flores Timur, Sumba Timur.
Berikut Kondisi cuaca sepekan periode tanggal 6-12 Februari 2023 menurut BMKG:
Potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
"Kemunculan tiga bibit siklon ini juga berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan Indonesia pada 6-12 Februari 2023 dengan tinggi gelombang bervariasi mulai dari 1,25-6 meter," jelas Guswanto. Tinggi gelombang 4.0–6.0 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Pulau Sumbawa – Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga Jawa Timur.
Maka dari itu, lanjut Guswanto, BMKG mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk siap-siaga dan waspada menghadapi cuaca ekstrem akibat kemunculan tiga bibit siklon tropis ini dengan memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
"Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang. Khusus yang berada di wilayah lereng pegunungan dan bukit waspadai tanah longsor, dan yang berada di daerah aliran sungai waspada banjir bandang," jelasnya.
Sumber: Tempo.co