SUKABUMIUPDATE.com - Bong (Makam Cina) merupakan salah satu peninggalan arkeologis dari etnis Tionghoa di Nusantara. Pembangunan makam Cina harus berpatokan pada fengsui, dan umumnya ditempatkan pada bukit (tempat yang lebih tinggi) serta menghadap ke arah laut.
Khusus urusan makam, orang-orang Cina Tionghoa tidak bisa membangun secara sembarangan, karena sangat berhubungan dengan keberuntungan dan keselamatan anggota keluarga yang ditinggalkan, dikutip via arkeologijawa.kemdikbud.go.id.
Salah satu situs arkeologi terbesar di dunia dan menjadi tujuan pariwisata terbesar di Republik Rakyat Cina (RRC) adalah makam Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin Cina.
Berdasarkan catatan histors pada 1974, para petani membuat sebuah penemuan arkeologi terpenting sepanjang masa di sebuah ladang di Provinsi Shaanxi, Cina. Saat menggali, mereka menemukan pecahan patung manusia yang terbuat dari tanah liat (terakota), dikutip via Tempo.co.
Ekskavasi tim arkeolog kemudian mengungkap bahwa ladang itu berada di atas sejumlah lubang yang sesak dengan ribuan tanah liat berbentuk tentara dan kuda perang terakota seukuran asli. Ada pula ornamen akrobat, pejabat terhormat, dan hewan.
Baca Juga: 5 Cara Mencegah Perut Buncit Agar Tampil Lebih PD, Yuk Simak!
Tampaknya, “Tentara Tanah Liat” itu bertujuan untuk menjaga makam Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin Cina. Ia berkuasa dari tahun 221 hingga 210 Sebelum Masehi.
Sebagian besar lahan di monumen makam itu telah dieksplorasi, kecuali milik Kaisar Qin Shi Huang yang sama sekali tak pernah disentuh meski ada banyak misteri di dalamnya. Mungkin, tak ada satu pun mata yang pernah mengintip ke dalam makam tersebut selama lebih dari 2.000 tahun.
Alasan Arkeolog Takut Bongkar Makam Kaisar Cina
Tak hanya orang awam, para arkeolog pun ternyata tidak berani untuk melihat isi makam Kaisar Qin. Hal tersebut berlandas kepada sejumlah alasan yang memiliki konsekuensi masing-masing.
Alasan utama di balik keraguan para arkeolog adalah kekhawatiran akan potensi merusak makam saat penggalian dilakukan. Hal itu akan menyebabkan mereka kehilangan informasi sejarah penting. Pasalnya, hanya teknik arkeologi invasif berisiko tinggi yang dapat digunakan untuk memasuki makam Kaisar Qin.
Teknik itu pernah diterapkan saat penggalian Kota Troy pada 1870-an oleh Heinrich Schliemann. Dinilai tergesa-gesa dan terlalu naif, pekerjaan Schliemann menghancurkan hampir semua jejak kota yang ingin ia temukan. Arkeolog masa kini memastikan mereka tidak akan membuat kesalahan yang sama.
Baca Juga: Kenapa Persib Bandung Dijuluki Pangeran Biru? Ternyata Ini Alasannya
Para ilmuwan telah melontarkan gagasan untuk menggunakan teknik non-invasif tertentu untuk melihat ke dalam makam Kaisar Qin Cina. Salah satu idenya adalah memanfaatkan muon, produk subatomik dari sinar kosmik yang bertabrakan dengan atom di atmosfer bumi. Zat itu bekerja seperti sinar-X. Namun, sebagian besar rencana tersebut lambat untuk direalisasikan.
Dalam dunia arkeologi, membuka sebuah makam nyatanya juga bisa sangat berbahaya. Sebuah catatan yang ditulis oleh sejarawan Cina kuno, Sima Qian, menjelaskan bahwa makam Kaisar Qin terhubung dengan jebakan yang dirancang untuk membunuh penyusup.
“Istana dan menara indah untuk seratus pejabat dibangun, sedangkan makam dipenuhi dengan artefak langka dan harta karun yang luar biasa. Pengrajin diperintahkan untuk membuat busur dan anak panah untuk menembak siapa saja yang memasuki makam. Air raksa digunakan untuk mensimulasikan Yangtze, Sungai Kuning, dan laut besar yang kemudian diatur mengalir secara mekanis,” begitu bunyi catatan Sima Qian, dikutip Senin (6/2/2023).
Bahkan jika senjata busur berusia 2.000 tahun gagal, masih ada sebuah banjir air raksa beracun yang dapat menyapu para penggali makam. Hal itu mungkin terdengar seperti ancaman kosong, tetapi penelitian ilmiah telah mengamati konsentrasi air raksa di sekitar makam dan mencatat tingkat yang jauh lebih tinggi daripada sebidang tanah pada umumnya.
Baca Juga: Kumpulan Tema Isra Miraj 2023, Insipiratif dan Menarik untuk Penyelenggaraan Acara
Seorang peneliti pada 2020 turut menyimpulkan, air raksa sangat mudah menguap sehingga mungkin keluar lewat retakan yang terbentuk dari waktu ke waktu. Hasil penelitiannya mendukung catatan sejarah kuno yang meyakini makam Kaisar Qin tidak pernah dibuka atau dijarah.
Hingga saat ini, makam Qin Shi Huang tetap tersegel, tidak terlihat, sekaligus tidak terlupakan. Namun, kemajuan teknologi di masa depan bisa saja berhasil menggali rahasia yang telah Kaisar Qin simpan selama 2.200 tahun.
SUMBER: TEMPO.CO | SYAHDI MUHARRAM (IFL SCIENCE)