SUKABUMIUPDATE.com - Bumi berotasi dengan kecepatan sekitar 1.770 kilometer per jamnya, satu kali rotasi Bumi setara dengan satu hari, tepatnya 23 jam 56 menit. Hal tersebut telah terjadi sejak Bumi terbentuk sejak 4,5 miliar tahun yang lalu, dilansir via space.com.
Rotasi atau perputaran bumi ini menjadi alasan munculnya berbagai fenomena di dunia, mulai dari pergantian siang dan malam, perbedaan waktu antar wilayah, perubahan arah angin dan arus laut, sampai dengan gerak semu matahari.
Namun, baru-baru ini masyarakat justru digemparkan oleh hasil penelitian periset china tentang perputaran inti dalam bumi. Ya, riset menyebutkan bahwa inti dalam bumi berputar lebih lambat bahkan berhenti.
Redaksi sukabumiupdate.com kemudian merangkum dari berbagai sumber guna menjawab kekhawatiran masyarakat soal kabar inti bumi yang berhenti berputar. Yuk, Simak!
Baca Juga: Sejumlah Anak SD Diduga Keracunan Roti Promosi Gratis, Kecolongan Tanggal Kedaluwarsa
1. Penelitian China tentang Bumi Berputar Lebih Lambat bahkan Berhenti
Penelitian tentang Bumi Berputar Lebih Lambat bahkan Berhenti dilakukan oleh periset China bernama Yi Yang dan Xiaodong Song dari Universitas Peking, dikutip dari researchgate.net.
Penelitian Yi Yang dan Xiaodong Song bertajuk "Multidecadal variation of the Earth’s inner-core rotation" yang baru saja dipublikasi pada 23 Januari 2023.
Meski, hasil penelitian baru terbit tahun ini, faktanya riset Perputaran Bumi telah dilakukan sejak tahun 2021. Yi Yang dan Xiaodong Song dari Universitas Peking telah mengajukan penerbitan penelitiannya di Jurnal Nature Geoscience pada 21 Desember 2021 dan baru diterima pada 5 Desember 2022.
2. Hasil Penelitian China: Inti Bumi Berputar Lebih Lambat
Menurut penelitian Yi Yang dan Xiadong Song, Inti dalam bumi merupakan sebuah bola besi panas seukuran Pluto yang dikabarkan telah berhenti berputar lebih cepat dari permukaan planet dan mungkin sekarang berputar lebih lambat dari itu, dilansir dari france24.com.
Kira-kira 5.000 kilometer (3.100 mil) di bawah permukaan tempat manusia tinggal, "planet di dalam planet" ini dapat berputar secara independen karena mengapung di inti luar logam cair.
Sedikit yang diketahui tentang inti bumi, yaitu berasal dari pengukuran perbedaan kecil dalam gelombang seismik- yang diciptakan oleh gempa bumi atau terkadang ledakan nuklir- saat mereka melewati bagian tengah Bumi.
Mencari untuk melacak gerakan inti dalam, penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menganalisis gelombang seismik dari gempa berulang selama enam dekade terakhir.
"Kami percaya inti dalam berotasi, relatif terhadap permukaan bumi, bolak-balik, seperti ayunan," kata penulis Xiaodong Song dan Yi Yang dari Universitas Peking China, dikutip Jumat (27/1/2023).
Baca Juga: Presiden Indonesia Bersemedi, Sederet Jejak Pertapaan Soeharto di Gunung Jawa
Para peneliti mengatakan bahwa satu siklus ayunan yakni sekitar tujuh dekade. Hasil riset mengungkap bahwa inti dalam mulai berputar sedikit lebih cepat daripada bagian planet lainnya pada awal 1970-an. Namun, justru telah melambat sebelum sinkron dengan rotasi Bumi sekitar tahun 2009.
Artinya, ada "tren negatif" sejak itu, yang mana inti dalam sekarang berputar lebih lambat daripada permukaan.
3. Perkiraan Peneliti China: Perubahan Akan Terjadi Lagi di Tahun 2040-an
Para peneliti China memperkirakan perubahan berikutnya akan terjadi pada pertengahan tahun 2040-an. Periset ini mengatakan garis waktu rotasi kira-kira sejalan dengan perubahan dengan apa yang disebut "panjang hari"- variasi kecil dalam waktu, persis yang dibutuhkan Bumi untuk berputar pada porosnya.
Sejauh ini, peneliti China menyebut hanya sedikit yang menunjukkan aktivitas inti dalam mempengaruhi penghuninya. Akan tetapi, Xiaodong Song dan Yi Yang kompak mempercayai terdapat hubungan fisik antara semua lapisan bumi, dari inti ke permukaan.
Baca Juga: Link Streaming dan Spoiler Record of Ragnarok Season 2, Wibu Merapat!
4. Kontroversi Hasil Peneliti China, Xiaodong Song dan Yi Yang
Meski riset ini telah resmi diterbitkan, para ahli yang tidak terlibat dalam penelitian menyatakan kehati-hatian tentang temuan peneliti China ini.
Hal ini mengingat ada beberapa teori lain serta memperingatkan bahwa masih banyak misteri tentang pusat Bumi.
"Ini adalah studi yang sangat hati-hati oleh para ilmuwan hebat yang memasukkan banyak data," kata John Vidale, seismolog di University of Southern California, dilansir via france24.com.
Diketahui, Vidale telah menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa inti dalam berosilasi jauh lebih cepat, berayun setiap enam tahun atau lebih.
Karya seismolog di University of Southern California ini didasarkan pada gelombang seismik dari dua ledakan nuklir pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.
Jangka waktu itu berada di sekitar titik, berbeda dengan penelitian Xiaodong Song dan Yi Yang menyebutkan inti bagian dalam terakhir sinkron dengan rotasi Bumi- disebut Vidale "semacam kebetulan".
Sumber: berbagai sumber.