SUKABUMIUPDATE.com - Kasus perselingkuhan mertua dan menantu yang viral kini masih hangat diperbincangkan publik terutama usai berita ini mencuat ke media.
Dugaan perselingkuhan ini terjadi antara menantu laki-laki dan mertua perempuan, atau ibu dari sang istri.
Lantas, Mengapa Pria Berani Berselingkuh?
Melansir dari Halodoc, ada tiga alasan menurut sains mengapa pria melakukan perselingkuhan.
1. Pria Berselingkuh karena Manusia Tidak Secara Alami Bersifat Monogami
Alasan Pria Selingkuh Menurut Sains yang pertama adalah karena sifat monogami.
Sains menyebutkan manusia secara alami tidak bisa menjalani hubungan monogami. Sebagian manusia, gagasan monogami mungkin sudah tertanam dalam dirinya namun tidak semuanya seperti itu.
Baca Juga: Rozy Ngaku Trauma Wanita Usai Kasus Perselingkuhannya Viral, Netizen: Kecuali Ibu-ibu
Banyak budaya yang menganggap poligami bisa diterima dan dipraktekkan hingga menyebabkan seseorang bisa saja secara tidak alami mempunyai niat berkomitmen pada satu orang, tetapi dapat menjadikannya sebagai prioritas atau salah satu saja.
Sebagian orang dengan tipe tertentu dari gen reseptor dopamin lebih banyak melakukan hubungan intim dan 50 persen cenderung akan mengkhianati pasangan.
Lebih lanjut, para ilmuwan Finlandia menilai bahwa gen tersebutlah yang bertanggung jawab pada reseptor vasopresin (hormon yang berkaitan dengan ikatan pada pasangan).
Jika seseorang mempunyai banyak reseptor vasopresin, maka tidak menutup kemungkinan akan berselingkuh mengingat reseptor ini berbanding lurus dengan perselingkuhan.
2. Pria Selingkuh Ada Dalam Gen
Alasan Pria Selingkuh Menurut Sains karena ada Gen atau keturunan perselingkuhan.
Alasan ini membuat pria rentan selingkuh adalah karena selingkuh ada di dalam gennya. Sederhananya sifat selingkuh ini diturunkan baik dari orang tua maupun silsilah keluarga secara luas.
Baca Juga: Rozy Zay Hakiki Suruh Norma Risma Bertaubat, Surga Itu Dari Telapak Kaki Ibu
Gen tentunya dapat memengaruhi banyak hal, termasuk kemungkinan pria berani melakukan perselingkuhan.
Kuncinya, kamu harus mengetahui DRD4 yang dimiliki, gen yang membantu untuk memproduksi hormon dopamin.
Gen dopamin diproduksi otak ketika mendapatkan stimulasi menyenangkan seperti makanan, intimasi, dan lain sebagainya.
Semua orang memiliki gen DRD4, akan tetapi seseorang dengan alel DRD4 yang panjang memerlukan stimulasi yang lebih banyak untuk melepas dopamin.
Alhasil, individu dengan alel yang panjangnya dua kali lipat mempunyai kecenderungan melakukan hubungan bebas dan perselingkuhan dibandingkan seseorang dengan alel yang pendek.
Baca Juga: Bantah Zina dengan Rozy Zay Hakiki, Ibu Norma Risma: Saya Gerah Jadi Lepas Pakaian
Selain itu, gen lain yang dapat mempengaruhi seseorang adalah AVPR1A. Gen AVPR1A berfungsi memproduksi arginine vasopressin yang berhubungan dengan kemampuan empati, percaya, dan ikatan seksual.
3. Sistem Otak Pria yang Berpengaruh pada Perselingkuhan
Terakhir, Alasan Pria Selingkuh Menurut Sains yaitu dipengaruhi sistem otak.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai tiga sistem otak yang berbeda terkait pernikahan, yaitu perasaan cinta romantis, dorongan seksual, dan perasaan keterikatan yang dalam.
Namun, ketiganya belum tentu saling berhubungan satu sama lain sehingga sistem otak ini dapat mempengaruhi seseorang untuk berselingkuh.
Ketika bersama dengan seseorang, terutama yang terasa "nyambung" atau satu frekuensi, sebagian otak yang mempunyai pengaruh terhadap dorongan seksual membuat fokus pada orang lain.
Kemudian, bagian otak lain yang berfungsi mengontrol perasaan cinta romantis membuat obsesi dengan orang lainnya lagi. Hal inilah yang akhirnya mendorong seseorang berselingkuh.
Alasan tersebut menjawab pernyataan bahwa seseorang dapat berselingkuh karena pengaruh dari dalam dirinya sendiri. Teori-teori semacam itu dapat menjadi dasar ketika seseorang mengatakan orang yang berselingkuh cenderung kurang mempunyai moral.
Faktor biologis memang mampu menjadi pertimbangan kenapa seseorang berselingkuh, kendati demikian tidak dibenarkan alasan ini menjadi dasar perselingkuhan ditoleransi.
Sumber : Halodoc.