SUKABUMIUPDATE.com - Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan jika Januari ini merupakan puncak hujan dan kemudian diprediksi jika tahun ini akan terjadi musim kemarau panjang.
"La Nina masih ada, tapi mulai lemah. Tahun ini menjadi netral. Cuaca akan kembali seperti 2019," kata Dwikorita seperti melansir dari Tempo.co yang disampaikan Kepala BMKG tersebut kepada Majalah Tempo.
La Nina sendiri merupakan sebuah fenomena suhu muka laut di Samudra Pasifik mengalami pendinginan sehingga meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Baca Juga: 926 Bencana Terjadi di Kabupaten Sukabumi Selama 2022, Longsor Mendominasi
Inilah yang juga membuat akhir tahun lalu curah hujan di Indonesia tinggi hingga terjadi banjir di mana-mana.
Dwikorita menjelaskan bahwa sebagai negara khatulistiwa berbentuk kepulauan yang diapit dua benua besar dan dua samudra, wilayah Indonesia menjadi perlintasan suhu dingin disertai angin dan awan dalam waktu bersamaan.
Masalahnya, perubahan iklim global membuat penyimpangan dalam fenomena alam. Dulu, badai tropis di belahan bumi selatan atau utara akan berbelok ketika mendekati khatulistiwa tapi kini masuk dan menjadi badai Seroja. Akibatnya, cuaca ekstrem terjadi di Indonesia.
Bila tahun ini La Niña melemah dan suhu naik, maka tahun ini Indonesia berpotensi menghadapi kemarau berkepanjangan. Ini berarti kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan akan terjadi dan harus segera diantisipasi.
Sumber: Tempo.co