SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada 7 sesar aktif teridentifikasi mengelilingi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Selain itu, BMKG juga menduga masih ada sesar aktif lain yang masih belum teridentifikasi sehingga masyarakat diminta untuk selalu waspada.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan masyarakat di Cianjur diminta untuk tidak panik meski dikelilingi banyak sesar aktif, namun pihaknya meminta pemerintah daerah kembali mengatur tata ruang sesuai dengan rekomendasi BMKG.
Baca Juga: 12 Desa Masuk Zona Merah, BMKG Mutakhirkan Bahaya Sumber Gempa Cianjur
“Jangan panik, namun warga harus tetap waspada ketika membangun rumah harus tahan gempa atau berkonsultasi ke dinas terkait sebelum membangun. Pemerintah daerah harus kembali mengatur tata ruang per wilayah, sebagai upaya antisipasi terjadi gempa serupa kemudian hari," kata Dwikorita seperti melansir dari Suara.com.
Pencegahan dan mitigasi bencana gempa bumi yang dilakukan BMKG, kata Dwikorita Karnawati, adalah dengan mengidentifikasi klaster patahan dan mensosialisasikan hasil kajian ke pemerintah termasuk ke Pemkab Cianjur, tidak ke warga karena akan menimbulkan keresahan.
Baca Juga: 30 Ramalan Jayabaya yang Diduga Sudah Terjadi dan Akan Terjadi di Indonesia
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, menjelaskan hasil identifikasi sesar atau patahan yang menjadi penyebab gempa berkekuatan 5.6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur adalah Sesar Cugenang, termasuk sesar lain yang sudah teridentifikasi melintasi Cianjur.
"Sesar yang melintasi dan mengelilingi Cianjur diantaranya Sesar Cimandiri, Sesar Nyalindung-Cibeber, Sesar Rajamandala, termasuk sesar lain yang berdekatan dengan Cianjur seperti Sesar Cirata, Sesar Padalarang Bagian Barat dan Sesar Lembang," katanya
Ia menjelaskan, Cianjur merupakan zona sesar yang sangat rumit dan sangat aktif yang sebagian besar bagian dari Sesar Cimandiri termasuk Sesar Cugenang, dimana berdasarkan data aktivitas kegempaan BMKG sejak tahun 2008, sesar tersebut sangat aktif.
Pihaknya juga menemukan aktivitas kegempaan di zona Sesar Cimandiri yang kemungkinan berasal dari patahan yang belum terpetakan atau teridentifikasi termasuk Sesar Cugenang yang baru teridentifikasi.
"Sesar yang belum terpetakan harus menjadi kewaspadaan semua pihak karena ditakutkan akan terjadi aktivitas kegempaan yang merusak. Pemerintah daerah harus melihat aspek histori atau sejarah kegempaan di wilayahnya," katanya.
Karena, ketika gempa besar pernah terjadi di satu wilayah akan kembali terjadi beberapa puluh tahun setelahnya seperti di Cugenang pernah terjadi gempa besar tahun 1879 dan 1897 yang sesarnya tidak teridentifikasi, demikian Daryono.
Sumber: Suara.com