SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena Solstis Desember tengah ramai diperbincangkan di media sosial berbasis video, yaitu TikTok.
Banyak warganet yang mengklaim jika solstis merupakan fenomena antariksa yang berbahaya dan tidak disarankan keluar rumah pada 21 Desember nanti saat peristiwa itu terjadi.
Narasi viral di media sosial yang menyebut bahwa fenomena Solstis Desember berbahaya adalah klaim yang salah. Sebab, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah menegaskan jika fenomena ini tidak berbahaya.
Baca Juga: Dipenuhi Hujan Meteor, Simak 14 Fenomena Langit Bulan Desember 2022
Untuk kamu yang sudah menelan bulat-bulat jika Fenomena Solstis itu berbahaya atau untuk kamu yang sama sekali belum mengetahui tentang fenomena ini, yuk simak penjelasannya dibawah ini seperti melansir dari Suara.com.
Pengertian Solstis
Solstis adalah fenomena yang juga disebut dengan titik balik matahari. Fenomena ini disebabkan oleh kemiringan sumbu Bumi pada sudut 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya mengelilingi Matahari.
Alhasil, ketika pada puncak orbitnya, bagian Bumi utara dan selatan bisa mendapat sinar matahari dengan durasi yang berbeda. Dalam setahun Solstis terjadi dua kali, yaitu bulan Juni dan Desember.
Dikutip dari edusainsa.brin.go.id, Solstis Juni atau titik balik Matahari di bulan Juni adalah ketika Matahari berada paling utara dari ekuator saat tengah hari.
Sementara Solstis Desember atau titik balik Matahari di bulan Desember adalah ketika Matahari berada paling selaran dari ekuator saat tengah hari.
Kapan Terjadi Fenomena Solstis?
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Solstis Juni terjadi antara tanggal 20-21 Juni setiap tahun. Sementara Solstis Desember berlangsung pada 20-21 Desember.
Ada kemungkinan jadwal fenomena Solstis ini mengalami pergeseran. Namun periode pergeserannya membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Data BRIN menjelaskan bahwa 9250 SM, Solstis Juni terjadi 19 Juni dan Solstis Desember terjadi 18 Desember. Lalu 1250 M, Solstis Juni terjadi 22 Juni dan Solstis Desember pada 22 Desember.
Dampak Fenomena Solstis di Indonesia
Lantas apa dampak fenomena Solstis di Indonesia? Bagi negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa atau ekuator, seperti Indonesia, tidak akan banyak berdampak.
Namun bagi negara-negara di belahan bumi Utara dan Selatan akan merasakan perbedaan durasi malam dan siang yang sangat signifikan.
Misalnya kota Hamburg (Jerman) yang berada di belahan Bumi utara ketika terjadi Solstis Juni akan mengalami siang hari selama 17 jam. Namun saat Solstis Desember siang hari di sana hanya 7,5 jam.
Pada saat yang sama, bisa terjadi hal yang berkebalikan bagi wilayah Bumi selatan, seperti kota Melbourne (Australia).
Saat Solstis Juni, siang hari di Melbourne justru hanya 9,5 jam. Tapi ketika Solstis Desember di sana durasi siang hari mencapai 15,25 jam.
Sehingga perubahan empat musim di negara-negara ini bisa berbeda dari sebelumnya.
Indonesia, perbedaan siang hari pada Solstis Juni dan Solstis Desember tidak terlalu signifikan. Berikut ini daftarnya mengutip dari situs BRIN:
Kupang
Solstis Juni: siang hari 11,5 jam
Solstis Desember: siang hari 12,75 jam
Pulau Jawa
Solstis Juni: siang hari 11,65-11,75 jam
Solstis Desember: siang hari 12,55-12,45 jam
Pontianak
Solstis Juni: siang hari 12,1 jam
Solstis Desember: siang hari 12,1 jam
Sabang
Solstis Juni: siang hari 12,5 jam
Solstis Desember: siang hari 11,8 jam
Nah, fenomena Solstis Desember di Indonesia ini hanya berpengaruh terhadap musim hujan saja. Sehingga tidak berbahaya. Klaim larangan keluar malam itu pun tidak benar karena fenomena Solstis Desember.
Sekian penjelasan tentang fenomena Solstis Desember yang viral di media sosial dan akan terjadi pada 21 Desember 2022 nanti.
Sumber: Suara.com