SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan mengungkapkan jika Megatsunami pernah terjadi di Mars sekitar 3,4 miliar tahun yang lalu, setelah Asteroid mengujami lautannya.
Para Ilmuwan meyakini jika telah menemukan sebuah kawah yang diduga merupakan titik hujaman yang memicu Megatsunami tersebut.
Seperti diungkap dalam sebuah laporan penelitian yang dipublikasikan pada 1 Desember 2022 lalu, ukuran kawah itu memberi petunjuk jika hantaman di Mars tersebut serupa dengan Asteroid Chicxulub di Bumi, yang diduga telah menyebabkan kepunahan bangsa dinosaurus.
Baca Juga: Gempa Bumi Hari Ini: BMKG Ungkap Catatan Terkini Berkekuatan M≥5.0
Sebelumnya, hasil observasi dari permukaan Mars telah menduga kalau megatsunami pernah terjadi di planet merah tersebut. Namun, para ilmuwan belum mengetahui lokasi jejak hantaman asteroid yang menyebabkan tsunami itu.
Alexis Rodriguez dari Planetary Science Institute di Arizona, AS bersama timnya mengkombinasikan data dari beberapa orbiter Mars untuk melakukan pencarian.
Mereka kemudian menemukan sebuah kawah selebar 110 kilometer yang disebut Pohl di dataran rendah Planet Mars di bagian utara.
Baca Juga: Update! Gunung Kerinci Erupsi Lagi, Sudah 5 Kali Hingga 6 Desember 2022
Kawah tersebut berlokasi di hulu alur-alur yang ada di permukaan yang sepertinya terbentuk seiring area itu terendam banjir, menciptakan gambaran sebuah samudera luas, tapi ada sedimen yang diyakini berasal dari tsunami yang lebih baru di lapisan permukaan teratasnya.
Hal tersebut artinya bahwa kawah itu hampir sepenuhnya terbentuk dalam periode waktu yang tepat sebelum Mars mengering.
Melansir dari Tempo.co, berdasarkan ukuran kawah dan serangkaian simulasi yang dilakukan, para ilmuwan menduga asteroid yang jatuh berukuran diameter antara 3 atau 9 kilometer, bergantung kepada karakter jenis permukaan Mars yang ditimpa.
Hantaman kemungkinan membangkitkan sebuah megatsunami dengan tinggi gelombangnya 250 meter dan mencapai jarak sejauh 1500 kilometer dari titik asteroid itu jatuh.
"Ketika kita bicara tsunami, kita membayangkan sebuah gelombang di laut, sebuah dinding air terbangun dan bergerak menuju pantai dan menerjangnya. Tapi yang ini akan menjadi sangat berbeda," kata Rodriguez merujuk megatsunami di Mars.
Menurut dia, “Anda akan melihat dinding air kemerahan, bergolak masif yang sebagian terbang melayang ke atas dan jatuh kembali ke dalam gelombang bersama tanah dan bebatuan."
Karena Mars memiliki gravitasi lebih rendah, air dan puing-puing itu akan jatuh kembali lebih lambat daripada jika terjadi di Bumi.
Dampaknya akan juga membangkitkan sebuah gelombang seismik yang merambat ratusan kilometer di sekitar kawah, melontarkan debu dan bebatuan ke udara dan menciptakan banjir puing katastropis sepanjang rambatan gelombang.
"Sangat mengerikan, jelas sekali tidak ada yang bisa dibuat berselancar," kata Rodriguez.
Rodriguez memberi catatan, jika benar memiliki aliran puing seperti yang dimaksudnya, pasti akan mudah menemukan bekas-bekasnya bertebaran di atas permukaan.
"Jadi jika kebetulan mendarat di sana, Anda memiliki kesempatan untuk mengambil sampel sedimen laut purba," katanya.
Kemudian, Rodriguez dan tim berspekulasi, daerah itu adalah yang pernah didarati wahana pendarat Amerika di Mars, Viking 1, pada 1976. Daerah itu adalah dataran rendah sebelah utara Mars.
Dasarnya adalah batu-batuan besar aneh dalam gambar pertama yang dikirim Viking 1 dari Mars.
Diduga batuan bekas sapuan tsunami raksasa. Begitu juga dengan alur-alur unik di atas lanskap di daerah yang sama. Bisa jadi itu disebabkan oleh aliran air yang kembali ke lautan setelahnya.
Sumber: Tempo.co | New Scientist | Nature