SUKABUMIUPDATE.com - Pipa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang berlokasi di Cirompang di Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilaporkan jebol.
Kebocoran pipa tersebut beredar di sebuah video mengerikan yang memperlihatkan semburan air dalam jumlah besar ke udara beredar di jejaring grup percakapan warga dan juga media sosial.
Lalu Apa Itu PLTMH?
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga dari air seperti waduk, bendungan, terjunan air dan saluran irigasi sebagai penggeraknya.
Memiliki batas kapasitas yang dihasilkan mikrohidro antara 5 KW hingga 1 MW per unit, membuat pembangunan instalasi PLTMH tidaklah sulit. PLTMH dibangun di daerah yang memiliki ketersediaan aliran air yang konstan dalam ukuran debit tertentu yang akan menentukan besarnya energi yang dihasilkan.
Dalam proses pembangunan PLTMH, dibutuhkan turbin untuk memutar kumparan dinamo listrik. Dinamo ini mengubah energi yang dihasilkan oleh putaran turbin menjadi listrik. Kemudian jaringan listrik akan menyalurkan listrik dari instalasi PLTMH ke penggunanya.
Dihimpun dari Akurat.co, adapun beberapa komponen yang digunakan untuk membangun sebuah instalasi PLTMH, terdiri dari:
Baca Juga: Pipa PLTMH di Garut Jebol, Diduga Akibat Pergerakan Tanah
Dam atau bendungan
Bendungan adalah bangunan dengan posisi melintang di sungai yang berfungsi untuk mengalihkan air ke bagian pembuka di sisi sungai. Air yang dialihkan akan masuk ke bak pengendap. Konstruksi bendungan ini dibuat untuk mengontrol tinggi air di dalam sungai dengan signifikan agar tinggi muka air dapat dialihkan ke pembuka sisi sungai.
Bak pengendap
Bak pengendap ini berfungsi untuk pemindahan pasir dari air. Pasir dipisahkan agar tidak menyebabkan kerusakan pada komponen PLTMH lainnya.
Saluran pembawa
Saluran pembawa digunakan untuk mengalirkan air ke bak penenang. Untuk skala yang kecil biasanya saluran pembawa berupa bangunan terbuka. Selain itu, saluran ini juga berfungsi untuk menjadi kestabilan debit air. Desain saluran pembawa dibuat untuk menjaga elevasi air dengan cara mengikuti kontur dari sisi bukit.
Bak penenang
Bak penenang digunakan untuk mengatur perbedaan air yang keluar antara pipa pesat dan saluran pembawa. Bak penenang ini juga sebagai akhir pemisahan air dengan kotoran seperti pasir.
Baca Juga: Dua PLTMH di Hulu Cikaso Diduga Cemari Sungai, Warga Tuntut Air Bersih
Pipa pesat
Komponen pipa digunakan untuk mengalirkan air dari headtank ke roda air yang dikenal dengan turbin dengan elevasi yang lebih rendah.
Turbin
Turbin ini merupakan tempat berubahnya energi potensial yang dihasilkan air menjadi energi mekanik. Air yang jatuh akan mengarah ke bilah pada turbin sehingga turbin dapat berputar. Perputaran pada turbin ini kemudian diteruskan ke generator yang terhubung dengan gearbox.
Pipa hisap
Adanya pipa hisap pada komponen PLTMH berfungsi supaya tekanan aliran yang masih tinggi kembali ke tekanan atmosfer dan untuk menghisap air.
Generator
Pada komponen ini terdapat dua jenis, yaitu sinkron dan induksi. Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik yang sebelumnya diteruskan dari turbin dan diubah menjadi energi listrik. Perputaran turbin juga membangkitkan arus AC dari pergerakan elektron karena kumparan magnet yang berputar dalam generator.
Panel kontrol
Komponen yang satu ini berperan untuk menjaga agar mesin bekerja pada batasan yang diperbolehkan. Panel kontrol juga berfungsi agar tegangan tetap stabil.
Pengalih beban
Sistem kerja pengalih beban tergantung pada panel kontrol karena berfungsi untuk mengalihkan beban saat beban yang diperoleh dari pengguna mengalami penurunan. Beban ini disebut juga sebagai dummy atau beban sekunder.
Sementara itu, perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan PLTMH terletak pada besarnya tenaga listrik yang dihasilkan. PLTA yang menghasilkan tenaga listrik di bawah ukuran 200 kW bisa digolongkan sebagai mikrohidro.
Oleh karena itu, pembangkit listrik mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan listrik di daerah terpencil atau pedesaan. Dengan begitu, meskipun ketersediaan listrik tidak bisa dijangkau oleh PLN, masyarakat desa tetap bisa mendapatkan listrik yang layak dengan memanfaatkan PLTM.
Dibanding dengan sumber-sumber energi lain, PLTMH merupakan sumber energi yang secara ekonomis sangat efisien dan mudah perawatannya. PLTMH juga tidak menggunakan bahan bakar minyak, sehingga tidak ada gas buang yang dihasilkan dari penggunaan teknologi ini.
Atas dasar itulah pembangkit listrik mikrohidro disebut sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Selain tidak ada pencemaran udara, pembangkit listrik ini juga tidak menimbulkan kebisingan yang mengganggu.
Meski memiliki banyak kelebihan, PLTMH juga tidak bisa terhindar dari beberapa kekurangan. Misalnya, biaya investasinya terbilang cukup mahal. Meski biaya operasional dan pemeliharaannya murah, tapi sparepart yang digunakan dalam membangun PLTMH termasuk mahal.
Baca Juga: Sungai Cikaso Keruh, Cerita Kekesalan Warga Desa Sirnamekar Sukabumi Tunggu Air dari PLTMH
Kemudian, debit aliran dan ketinggian alir sangat mempengaruhi terhadap kapasitas air listrik yang dihasilkan. Apabila memasuki musim kemarau, debit air menurut, otomatis akan berpengaruh juga terhadap penurunan kapasitas listrik.
Daya listrik yang dihasilkan tidak sebanyak pada PLTA, sehingga akan membuat terbatasnya jumlah pelanggan atau pemakainya. Jumlah daya yang dihasilkan perlu disesuaikan dengan jumlah dan kebutuhan pemakaian masyarakat. Apabila jumlah dan kebutuhan tersebut tinggi, maka kecil kemungkinannya untuk dapat menggunakan PLTMH.
Kemudian dari segi lokasi, PLTMH tidak boleh jauh dari masyarakat yang menggunakannya. Sebab, jika terlalu jauh justru akan menjadi tidak ekonomis. Hal tersebut berakibat terjadinya kehilangan daya transfer energi listrik dalam jumlah banyak, sehingga menimbulkan kerugian pada daya penghantar. Jarak antara PLTMH dengan lokasi masyarakat disarankan maksimal sejauh 2 km dengan produksi daya tertentu.
Sumber: Akurat.co