SUKABUMIUPDATE.com - Aktivitas sesar bumi aktif kerap menjadi salah satu penyebab gempa bumi di Indonesia yang menjadikannya salah satu negara yang sering mengalami guncangan gempa.
Lalu apa sebenarnya sesar bumi itu dan kenapa kerap menjadi penyebab gempa? Berikut ulasannya.
Menurut Billing, 1959 yang dikutip dari laman geologinesia, sesar atau patahan secara geologi merupakan bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya.
Jarak pergeseran tersebut bermacam-macam, ada yang hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer.
Sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.
Apa Hubungan Sesar Bumi dengan Gempa?
Seperti kita jika Indonesia secara geografis diapit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi geografis tersebut menjadikan Indonesia dilewati oleh tiga jalur lempeng tektonik besar yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah Utara menyusup ke dalam Lempeng Eurasia, sementara Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat.
Pergerakan lempeng benua dan lempeng samudera ini terkadang saling mengunci satu sama lain yang menyebabkan pengumpulan energi.
Pengumpulan energi tersebut berlangsung terus sampai pada suatu waktu batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut dan terjadilah pelepasan mendadak yang disebut sebagai gempa bumi.
Gempa bumi ini biasanya terjadi di jalur sesar atau patahan baik yang berada di dasar laut maupun di daratan.
(Ilustrasi) Sesar atau patahan secara geologi merupakan bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan lainnya | Foto: nittygrittyscience.com
Jenis-jenis Sesar
Mengutip dari laman ilmugeografi.com, ada beberapa jenis sesar berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya.
1. Sesar Naik
Pada jenis sesar ini biasanya tidak berdiri sendiri dan di dalam satu kawasan bisa terjadi beberapa daerah sesar. Pada masing-masing sesar ini juga biasanya akan memiliki pola yang sama seperti kemiringan sesar dan struktur sesar yang sama. Sesar naik ini bisa dibedakan berdasarkan posisi bidang sesar terhadap sumbu tektonik transport.
Sesar yang terbentuk di belakang sumbu lipatan atau tektonik transport disebut dengan forelimb thrust sedangkan untuk sesar yang terbentuk di depan sumbu lipatan disebut dengan back limb thrust. Terbentuknya sesar naik ini tidak bisa terjadi secara bersamaan namun secara berurutan.
Contoh dari jenis sesar naik ini seperti di daerah majalengka dan beberapa daerah lainnya di Kalimantan timur. Pembentukan sesar ini dimulai dari sisi yang paling dekat dengan gunung dan diikuti oleh daerah lainnya yang jauh dari gunung api.
2. Sesar Mendatar
Bidang sesar pada sesar mendatar ini seperti bidang vertikal biasa oleh karena itu istilah hanging fault dan foot wall tidak lazim digunakan oleh sesar atau patahan jenis ini.
sesar mendatar ini memiliki bentuk yang mendatar dan agak berbeda dengan jenis sesar naik yang memiliki bagian depan dan belakang. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melakukan deteksi pada jenis sesar mendatar ini.
3. Sesar Normal
Sesar normal merupakan bidang yang posisinya saling sejajar satu sama lain, kemudian jika hanya ada salah satu dari dua bidang tersebut yang mengalami pergerakan tunggal maka bisa dinamakan dengan half graben atau half horst tergantung pada situasi yang terjadi.
Contoh dari jenis sesar normal ini adalah patahan semangko yang berada di pulau Sumatera. Akibat adanya sesar ini membuat terbentuknya beberapa danau di dalamnya karena cekungan dari sesar atau patahan ini.
Sesar ini juga bisa membantu menentukan adanya cadangan minyak dan gas di daerah tersebut atau tidak melalui celah dari sesar atau patahan yang terjadi.
#SHOWRELATEBERITA