SUKABUMIUPDATE.com - Hujan meteor menjadi salah satu fenomena langit yang menarik untuk disaksikan. Namun, hujan meteor hanya bisa disaksikan jika langit cerah dan minim polusi cahaya.
Dilansir dari Tempo.co, beberapa hujan meteor akan berlangsung aktif selama bulan November. Puncaknya diperkirakan terjadi pada malam 17 November dan pagi 18 November di Asia Tenggara.
Dilansir dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hujan meteor adalah fenomena astronomis tahunan yang terjadi saat sejumlah meteor berpindah dari titik tertentu di langit.
Hujan meteor ini tampak seperti bintang jatuh. Padahal sesungguhnya, merupakan batuan atau debu antar planet yang memasuki atmosfer dan terbakar karena gesekan dengan atmosfer.
Melansir dari situs Earthsky kita dapat melihat 10 hingga 15 meteor per jam saat puncaknya. Akan tetapi, apabila langit terang bulan, beberapa meteor yang sinarnya amat cerah bisa tetap terlihat meski berada di bawah cahaya satelit alami Bumi.
Kapan Waktu untuk Melihat Meteor?
Di mana pun Anda berada di Bumi tidak masalah ketika Anda menonton pada pagi hari saat puncak hujan meteor. Namun ada baiknya Anda menonton pada jam-jam antara tengah malam dan fajar, ketika gerak maju Bumi melalui ruang angkasa telah membawa bagian Bumi langsung ke aliran meteor.
Sedangkan tempat terbaik untuk menyaksikan hujan meteor Leonid harus jauh dari keramaian kota, sehingga bintang-bintang yang berkilauan, yang tenggelam lantaran lampu kota, mulai muncul.
Anda bisa mengunjungi laman EarthSky's Best Places to Stargaze untuk mendapatkan rekomendasi lokasi terbaik melihat bintang jatuh berdasarkan negara di mana Anda tinggal.
Meteor dalam hujan tahunan dinamai untuk menunjukkan titik di langit yang terkena pancaran. Hujan meteor Leonid berasal dari konstelasi Leo the Lion (Leo si Singa), karena meteor-meteor ini memancar keluar dari sekitar bintang-bintang yang mewakili Lion's Mane.
Jika Anda melacak jalur meteor Leonid di kubah langit, mereka akan tampak mengalir dari dekat bintang Algieba di rasi bintang Leo. Titik di langit di mana mereka muncul untuk memancarkan sinar disebut titik bercahaya. Titik bercahaya ini adalah ilusi optik.
Ilusi titik radiasi semacam itu disebabkan oleh fakta bahwa meteor bergerak pada jalur paralel. Dalam beberapa tahun terakhir, menurut Earthsky, banyak yang salah kaprah bahwa kita harus mengetahui keberadaan titik pancaran hujan meteor untuk menyaksikan hujan meteor itu sendiri.
Namun, menurut Earthsky, kita sebenarnya tidak perlu melakukannya. Meteor biasanya tidak terlihat sampai 30 derajat atau lebih dari titik pancarannya. Mereka melesat keluar dari radiasi ke segala arah. Jadi, meteor Leonid pun demikian. Mereka akan muncul di semua bagian langit.
Hujan Meteor Leonid Terbesar
Sebagian besar astronom mengatakan, dibutuhkan lebih dari 1.000 meteor per jam untuk menganggap hujan meteor sebagai badai. Angka itu masih jauh sekali dari 10 hingga 15 meteor per jam yang diprediksi untuk Leonid kali ini.
Akan tetapi, hujan meteor Leonid dikenal bisa menghasilkan badai meteor. Komet induknya Tempel Tuttle menyelesaikan satu orbit mengelilingi matahari setiap 33 tahun sekali, yang melepaskan material baru setiap kali memasuki tata surya bagian dalam dan mendekati matahari.
Sejak Abad ke-19, para pengamat langit pernah menyaksikan badai meteor Leonid setiap 33 tahun sekali, dimulai dengan badai meteor tahun 1833 yang menghasilkan lebih dari 100.000 meteor per jam. Badai Leonid besar berikutnya terlihat pada 1866 dan 1867. Kemudian diprediksi pada 1899, tetapi tidak muncul.
Baru pada 1966, badai Leonid yang spektakuler terlihat, kali ini di atas Amerika. Pada tahun ini, pengamat di Amerika Serikat bagian barat daya melaporkan melihat 40 hingga 50 meteor per detik (yaitu 2.400 hingga 3.000 meteor per menit) selama rentang 15 menit pada 17 November 1966 dini hari. Pada 2001, badai hujan meteor Leonid yang hebat juga terjadi.
#SHOWRELATEBERITA
Sumber: Tempo.co/Idris Boufakar