SUKABUMIUPDATE.com - Pelajaran, Belajar dan Pembelajaran, tiga istilah penting yang membutuhkan sumber ilmu terbaik untuk menyatukannya. Metode belajar yang efektif, efisien dan menarik dapat melibatkan unsur alam agar setiap materi terasa benar-benar nyata.
Seperti halnya Taman Alam Situgunung Kabupaten Sukabumi yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar Geografi Sekolah Menengah baik Atas (SMA).
Hal tersebut merupakan salah satu penelitian Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Riset yang dilakukan Anita Sri Rahayu, Ahmad Yani, dan Yakub Malik memanfaatan Taman Wisata Alam Situ Gunung sebagai sumber belajar geografi SMA di Kabupaten Sukabumi.
- Antologi Geografi 3 (2), 1-9, 2015
A. Taman Wisata Alam Situ Gunung Kabupaten Sukabumi dalam Geografi SMA
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan, Taman Wisata Alam sebagai kawasan Pelestarian Alam (KPA). Tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi saja, tetapi juga untuk penelitian, pengembangan dan pendidikan.
Maknanya, unsur pendidikan geografi secara tidak langsung memiliki korelasi dengan pemanfaatan Taman Wisata Alam Situ Gunung yang terletak di Kabupaten Sukabumi.
B. Potensi Geografi Taman Wisata Alam Situ Gunung Kabupaten Sukabumi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Sumber belajar Geografi bisa bervariasi, salah satunya lingkungan yang mempelajari tentang gejala dan peristiwa alam di bumi.
Hal ini dikarenakan bumi pada dasarnya adalah objek-objek dari kajian ilmu geografi. Para guru dapat memanfaatkan potensi geografi di Taman Wisata Alam Situ Gunung Kabupaten Sukabumi, berupa:
• kondisi fisik
• sarana dan prasarana
• keanekaragaman flora dan fauna
• objek wisata.
C. Ruang Lingkup Geografi
Geografi pertama kali diperkenalkan oleh Eratosthenes yang dijelaskan di dalam sebuah buku yang berjudul geographica (276-104 SM). Lebih lanjut, dalam Encyclopaedia Britannica, disebutkan salah satu tokoh penting pembelajaran geografi di Eropa adalah Bernhardus Varenius atau Bernard Varen.
Varenius merupakan penulis karya buku terkenal yang berjudul Geographia Generalis (General Geography:1650).
1. Geografi Umum (geografi generalis)
a. Terrestrial
Pengetahuan mengenai bumi secara keseluruhan, meliputi bentuk serta ukurannya.
b. Astronomis (falakiyah)
Pengetahuan mengenai hubungan bumi dengan benda langit, misalnya bintang. Kemunculan ilmu kosmografi bermula dari kajian geografi astronomis.
c. Komparatif
Kajian geografi komparatif memuat deskripsi lengkap tentang bumi, letak, dan seluruh tempat di permukaannya.
2. Geografi Khusus (geografi sosialis)
Geografi sosial adalah cabang ilmu geografi yang mengkaji aktivitas atau perilaku manusia di bidang sosial budaya. Fokus geografi sosial yaitu aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial beserta interaksinya dengan lingkungan.
a. Atmosfer (aspek langit)
Pengetahuan geografi khusus tentang keadaan iklim di bumi.
b. Litosfer (aspek permukaan bumi)
Pengetahuan khusus yang menelaah atau mengkaji permukaan bumi, mulai dari relief, vegetasi, hingga persebaran fauna di berbagai kawasan.
c. Aspek manusia
Pengetahuan khusus tentang keadaan penduduk, perdagangan dan urusan pemerintahan dari berbagai negara.
3. Geografi Fisik
Geografi fisik adalah cabang geografi yang mengkaji berbagai elemen penting dalam lingkungan fisik manusia. Geografi fisik misalnya mempelajari tentang gejala fisik permukaan bumi, seperti tanah, air, dan udara.
Fokus utama geografi fisik yakni kandungan organisme hidup dan biosfer dalam setiap sisi kehidupan, zona daratan dan lautan. Cabang ilmu geografi fisik ditunjang oleh disiplin ilmu lain seperti geologi, geomorfologi, ilmu tanah, meteorologi, klimatologi, dan oseanologi.
Ruang lingkup geografi fisik mencakup keadaan lingkungan alam di luar manusia. Misalnya gejala alam yang berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala hal tentang Bumi.
Umumnya, objek kajian geografi fisik meliputi seluruh gejala alam yang terjadi di antroposfer (ruang angkasa), atmosfer (lapisan udara), hidrosfer (lapisan air), pedosfer (lapisan tanah), biosfer (lapisan kehidupan), dan litosfer (lapisan batuan).
Objek kajian geografi fisik adalah lapisan hidup (lapisan tipis di permukaan Bumi sebagai tempat kehidupan), tempat bertemunya daratan, lautan, atmosfer, dan proses yang terjadi di dalamnya.
4. Geografi Regional
Geografi regional membahas aspek fisik dan manusia dalam relasi keruangan di suatu wilayah. Kajian geografi regional membantu interpretasi dan analisis karakteristik wilayah tertentu.
D. Manfaat Mempelajari Ilmu Geografi
1. Wawasan kajian ilmu geografi berupa mahluk yang hidup di bumi dalam semua aspek ruang, yakni arah, jarak, luas, dan bentuk.
2. Kemampuan mengamati, mempelajari dan menyimpulkan relasi antara fenomena dan gejala pada suatu bentang alam.
3. Pemetaan potensi wilayah tertentu berdasarkan karakteristik kajian ilmu geografi.
4. Pengetahuan dan pemahaman global tentang seluruh aspek yang ada di permukaan bumi.
5. Tumbuhnya rasa memiliki terhadap bumi sehingga berkeinginan kuat untuk menjaga potensi wilayah tertentu.
Jembatan gantung di taman alam Situgunung Sukabumi.| Foto: KSDAE
TAMAN WISATA SITUGUNUNG MAHA GURU ILMU GEOGRAFI
Adapun, aspek pembelajaran geografi di Taman Wisata Alam Situ Gunung Kabupaten Sukabumi dapat mencakup seluruh cabang ilmu geografi baik geografi umum, geografi khusus, geografi fisik hingga geografi regional.
Melansir portal KSDAE Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Situ Gunung salah satu pintu masuk wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang secara kewilayahan merupakan wilayah kerja Resort PTN Situgunung, Seksi PTN Wilayah IV Situgunung, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi.
Diawali dari sebelah barat Resort Situgunung. Potensi alam yang dimiliki luar biasa indah, berupa hutan hujan tropis yang mengelilingi danau Situgunung. Air terjun Cimanaracun turut menambah indahnya suasana yang bersinergis dengan keanekaragaman hayatinya khas hujan tropis.
Keindahan fenomena alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berkunjung ke destinasi wisata yang satu ini. Beragam kegiatan dapat dilakukan antara lain, foto pra wedding, shooting, outing, camping, penelitian, pendidikan, ataupun sekedar menikmati suasana danau yang dapat menyejukan mata.
Danau seluas 3,5 ha ini memiliki keunikan tersendiri berada di ketinggian 1.100 m dpl, airnya bening dihiasi biota air yang khas. Pohon damar, tanaman Perum Perhutani tahun 1940-an terlihat “kokoh” di sepanjang jalan menuju kompleks danau. Di sebelah utara danau kita dapat menikmati hutan dengan berbagai jenis pohon asli, beberapa jenis diantaranya, puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), huru (Persea spp.), dan masih banyak jenis lainnya.
Agak ke timur kita akan sampai di Curug Sawer yang memiliki keindahan yang khas ketinggiannya ± 40 meter, dihiasi dinding bekas aliran lava vulkanik ratusan tahun yang lalu. Dinding air terjun yang ditumbuhi lumut kerak yang khas menambah keindahan kompleks air terjun ini.
Sebelum sampai ke Curug Sawer keindahan kanopi hutan dari jembatan gantung (Suspension Bridge) adalah tawaran yang tak mungkin dilewatkan. Tidak jauh dari jembatan ada view Glamping Camp Site, yang merupakan sajian khusus bagi para penikmat alam di kesunyian.
Jembatan Gantung Situgunung “Suspension Bridge” dibuat sebagai sarana edukasi konservasi alam, pengamatan flora maupun fauna yang ada di sepanjang jembatan. Panjang Jembatan Gantung Situgunung “Suspension Bridge” ini 243 meter dan tingginya 127 meter, pada ketinggian ini kita dapat mengati tajuk pohon dan warna warni daun jenis pepohonan beserta jenis fauna yang hidup di dalamnya.
Bagian Selatan Situgunung terdapat Pusat Informasi Ekowisata Situgunung, sebelumnya melewati camp site atau Bumi Perkemahan (Buper) Bagedor, Bungbuai, Harendong, dan Tepus. Keempat Buper itu merupakan bumi perkemahan alami.
* Berbagai Sumber
Writer: Nida Salma M
#SHOWRELATEBERITA