SUKABUMIUPDATE.com - Kopi Sukabumi hangat diperbincangkan pecinta kopi karena punya banyak potensi namun belum populer. Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Sukabumi Anjak Priatama Sukma memberikan pandangan bagaimana membuat kopi hasil petani sukabumi naik kelas dan mendunia.
Kesehariannya anggota DPRD yang satu ini memang doyan seruput kopi dan bersama teman-temannya membangun usaha dengan nama Ngajagi Kopi. "Pertama komentar saya terkait kopi dari sisi produk kopinya belum ada istilahnya specialty atau spesial, belum muncul kekhasan dari kopi Sukabumi," ungkapnya mengawali obrolan tentang kopi dengan sukabumiupdate.com, Jumat (17/12/2021).
Selain hobi, urusan dagang kopi, pertanian dan ekonomi memang menjadi salah satu tupoksinya di Komisi III DPRD Kabupaten Sukabumi. Menurut Anjak, kopi sukabumi harus diolah secara khusus, benar-benar spesial, indikator harus di uji Lab dan lain sebagainya, Kita belum punya specialty dan harus punya."
Spesial dari sisi kopinya, lanjut politisi PKS yang mencontohkan kopi ijen, kuno kentang dan lain sebagainya. Kopi Sukabumi istilahnya masih belum ada sentuhan industri modern masih asal-asalan.
"Panen masif tapi tidak dibuat spesial. Produksi masih ikut pasar, penjualan mengejar produksi."
Kedua menurut Anjak, dari sisi model bisnis. Dimana selama ini petani menjual kopinya ke luar Sukabumi. Pengepul atau pengusaha kopi Bandung, Jakarta, Medan.
Di satu sisi petani bagus mulai merasakan ada pertambahan nilai dari kopi ini karena permintaan meningkat, dan harga jual bagus. Namun kopi Sukabumi tidak akan pernah muncul dan naik kelas karena sudah di brand sebagai produk lain.
"Yang naik kelas dan populer produk lain padahal didalamnya, bahan bakunya kopi Sukabumi," lanjut Anjak.
Ini menjadi catatan khususnya, karena sisi pembiayaan pasar lokal Sukabumi harus menjadi perhatian. Jangan sampai kopi yang dari kita di beli oleh orang luar, tapi pembeli lokal tidak mendapatkan porsi untuk pasarnya.
Ketiga lanjut Anjak Priatama Sukma adalah branding. Membangun branding dari kopi hasil tanam petani Sukabumi. "Jadi karena produknya belum khas dan kebanyakan di jual dengan keluar kota, akhirnya brand lokalnya pudar. Misal kalau orang ke Sukabumi, jadi kopi Sukabumi brandnya belum kuat."
Sejumlah hal yang disebutkan sebelumnya, Ketua Komisi III ini berhadap kehadiran Perumda Agro Sukabumi Mandiri bisa menjadi solusi. Mulai dari pembinaan petani, pengolahan hasil panen, model bisnis dan branding.
"Mulai dari riset penanaman dan produk kopi sampai ke model bisnis yang bagus untuk para petani dan para pebisnis kopi di Sukabumi, mungkin juga dapat memperkuat branding kopi Sukabumi."
Anjak juga berharap dari Asosiasi Petani Kopi atau APEKI Sukabumi yang baru terbentuk. Ia bahkan hadir dalam pelantikan pengurus DPC APEKI Sukabumi, hari Kamis kemarin, 16 Desember 2021 di Coffee Photo Sukabumi.
"APEKI diharapkan dapat menjadi wadah belajar untuk mengembangkan usaha bersama, jadi media aspirasi untuk menjembatani para petani dengan stakeholder. Karena mimpi ini harus diwujudkan dengan dukungan banyak pihak atau pentahelix mulai dari akademisi, government (pemerintah), finance (keuangan), media dan lainnya. Kami berharap APEKI ini dapat menjembatani atau menginisiasi hal tersebut," bebernya.
Baca Juga :
Seperti diketahui, pemerintah daerah mencatat lahan pertanian kopi di Kabupaten Sukabumi saat ini 1.086 hektar. Tersebar di Gegerbitung, Sukaraja , Kadudampit, Kabandungan, ditambah tiga kecamatan penyangga yaitu Cireunghas, Cisolok dan Purabaya.
Kopi Sukabumi sudah punya sejumlah brand produknya mulai dari Bumi Kopi di Sukaraja, Bongas Kopi di Gegerbitung, Absolute Kopi di Kabandungan, Mekar Kopi di Kadudampit, serta Gunung Karamat Kopi di Cisolok.