SUKABUMIUPDATE.com - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir tidak menyangka ada 742 laboratorium yang melakukan pemeriksaan tes usap PCR di Indonesia. Pernyataan itu disampaikan saat DPR menyinggung perihal bisnis PCR di Tanah Air yang salah satunya melibatkan Bio Farma.
"Kalau kami lihat dari 742, kami ga nyangka, saya juga baru tahu itu. Ada 742 lab di sini, saya juga baru tahu, artinya memang ada yang muncul di tengah pandemi gitu kan," kata Honesti Basyir dalam rapat Komisi BUMN DPR di Jakarta, Selasa, 9 November 2021.
Mengutip tempo.co, Komisi BUMN DPR memanggil Bio Farma dan sejumlah perusahaan farmasi lain setelah harga PCR menuai polemik di masyarakat karena harganya yang dinilai terlalu tinggi. Bio Farma juga merupakan salah satu produsen komponen tes PCR di tanah air.
Saat ini, Bio Farma berstatus holding farmasi dengan dua anggota yaitu PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk. Bio Farma yang memproduksi reagen, lalu dua anggota holding inilah yang ikut menjalankan bisnis PCR di laboratorium yang mereka miliki.
Lalu dalam rapat, anggota komisi dari fraksi Gerindra Andre Rosiade mengkonfirmasi lagi pertanyaan dari anggota komisi yang belum sempat dijawab oleh Honesti saat paparan. "Apa memang ada arahan pak menteri supaya ga main PCR? Supaya clear juga pak, supaya tak ada tuduhan aneh-aneh," kata dia.
"Oh gak pak, karena memang lab ini sudah merupakan bisnisnya Kimia Farma," jawab Honesti. "Jadi gak ada larangan-larangan dari pak Erick kan, pak?" tanya Andre lagi, mengacu ke Menteri BUMN Erick Thohir.
Mendengar pertanyaan itu, Honesti lalu menjelaskan bahwa kementerian tentunya meminta Bio Farma untuk lebih memberikan kontribusi dalam tes usap PCR ini. Sebab, kata dia, di awal pandemi memang terjadi kelangkaan lab yang bisa melakukan pemeriksaan tes PCR.
Barulah setelah itu, Honesti menyampaikan bahwa dirinya tak menyangka sampai ada 742 lab PCR. "(Sementara) kalau kami udah bisnis dari awal, termasuk yang melatih tenaga kesehatan untuk melakukan PCR juga bagian dari tim kami," kata dia.
Adapun 742 lab ini sudah diumumkan oleh Kementerian Kesehatan. Ini adalah daftar lab yang melaksanakan pemeriksaan hasil tes usap PCR yang diakui oleh pemerintah sebagai syarat penerbangan.
Data hasil pemeriksaan PCR, termasuk juga antigen, di 742 lab yang terafiliasi di bawah Kemenkes ini tersimpan di basis data Kementerian Kesehatan yang diberi nama New All Record atau NAR. Seluruh big data NAR ini terkoneksi dengan aplikasi Pedulilindungi.
"Untuk lab-lab yang belum memasukkan data ke NAR, mulai hari Senin, 12 Juli 2021 hasil swab PCR atau antigennya tidak berlaku untuk penerbangan," demikian keterangan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dikutip dari laman resmi Kemenkes, Senin, 5 Juli 2021.
SUMBER: TEMPO.CO