SUKABUMIUPDATE.com - Petani mangga di Kecamatan Ciemas (kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi) mengeluhkan harga jual yang menurutnya belum menguntungkan. Pasalnya, saat ini ada biaya pengolahan yang dikeluarkan petani agar pohon yang ditanam bisa panen lebih dari satu kali dalam setahun.
Salah satu petani, Aldi Wibasana, mengatakan keputusan melakukan pengolahan agar pohon yang ditanamnya panen lebih dari satu kali dalam setahun, dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan mangga di kawasan Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark atau CPUGGp, salah satunya Kecamatan Ciemas.
"Biasanya setahun cuma panen sekali, sekarang bisa tiga hingga empat kali. Ketersediaan mangga itu untuk oleh-oleh pengunjung maupun permintaan luar daerah," kata Aldi yang juga founder Mangga Geopark Ciletuh, Ahad, 17 Oktober 2021.
Aldi menjelaskan, para petani mengontrak lahan kebun mangga dari masyarakat untuk selanjutnya diolah agar bisa berbuah di luar musim panen. Dengan cara itu, para petani harus memiliki modal pribadi untuk biaya pemangkasan ranting, pemupukan, pengobatan, dan penyemprotan yang dilakukan setiap hari.
"Jadi sekarang sudah pakai sistem modern, beda dengan dulu yang hanya mengandalkan satu musim. Namun untuk pengolahan harus punya modal cukup besar, termasuk untuk beli obat, pupuk, dan upah tenaga kerja," ucap dia. "Dalam sehari saja paling sedikit membutuhkan Rp 500 ribu untuk 500 pohon."
Baca Juga :
Aldi mengungkapkan harga saat panen raya (Oktober, November, dan Desember) hanya sekira Rp 5 ribu per kilogram. Kondisi itu diakuinya tidak menjadi masalah ketika para petani hanya memanen satu kali dalam setahun. Tetapi, dengan adanya pengolahan baru, harga Rp 5 ribu tidak dapat mengembalikan modal petani.
"Mangga Geopark Ciletuh menjadi penghasil mangga terbesar di Sukabumi. Apalagi mulai tahun ini bisa panen empat kali. Seharusnya harga di atas Rp 10 ribu per kilogram, baru petani bisa untung," ujar Aldi.
Ia mencontohkan di Desa Ciwaru, di mana dalam sekali panen bisa menghasilkan ratusan ton mangga. Untuk menyiasati melimpahnya stok tersebut, para petani kerap memperluas pemasaran hingga ke Lampung, Palembang, dan Medan. Itu dilakukan untuk mencari harga yang lebih tinggi. "Jangankan Sukabumi, Jakarta pun tidak kuat menampung mangga Geopark Ciletuh kalau sedang panen," ucapnya.
Aldi menyebut, harga Rp 5 ribu atau paling mahal Rp 6 ribu per kilogram, memang sudah mengikuti aturan di Pasar Induk Kramatjati Jakarta dan Pasar Induk Caringin Bandung. Sehingga jika di pasar induk tersebut harga mangga hanya Rp 5 ribu per kilogram, para petani di Sukabumi tidak bisa memasang tarif lebih dari itu.
"Kami tidak bisa menaikkan harga seenaknya, kecuali ada perhatian dari pemerintah lewat dinas perdagangan atau instansi lainnya, yang berani bergerak untuk bekerja sama melalui impor-ekspor," kata Aldi. "Kami belum memiliki link impor-ekspor. Saya juga berusaha mendaftarkan menjadi geoproduk agar bisa dijadikan oleh-oleh khas Geopark Ciletuh, tapi itu tidak menjamin harga bisa naik," tambahnya.