SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko menilai positif komitmen pemerintah untuk membangun industri telur olahan. Komitmen itu bisa memanfaatkan momentum ketika harga telur peternak anjlok drastis sejak triwulan pertama tahun ini.
“Kami sangat setuju, usulan kita industri tepung telur karena selama ini kita impor,” kata Singgih melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Kamis, 7 Oktober 2021.
Mengutip tempo.co, Singgih menuturkan rencana pemerintah untuk membuat industri telur olahan berasal dari perhimpunannya. Sebelum rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi kemarin, Singgih menuturkan, dia sempat mengusulkan pembentukan industri telur olahan kepada Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Saya yang mengusulkan lewat pak Menko Airlangga, selain serapan telur lewat program pemerintah yang ada saat ini,” kata Singgih.
Menurutnya, keberadaan industri telur olahan itu bakal membantu menyerap kelebihan pasokan atau oversupply telur layer dan bibit ayam (days old chicken/DOC) ras broiler.
“Sehingga pemerintah tidak perlu cutting lagi. Saat ini semua tepung telur kita impor, secara ekonomi tidak masuk tapi bisa menjadi penyelamat jika terjadi kelebihan pasokan,” kata dia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Agustus 2021, realisasi impor kuning telur dengan kode HS 04089100 sebesar 509,39 ton dan putih telur dengan kode HS 04089100 sebesar 46,98 ton.
Adapun berdasarkan data Kementerian Pertanian, ketersediaan telur ayam di tengah masyarakat hingga pekan kedua September 2021 sebanyak 165,211. Perinciannya, 12,361 telur ada di pengepul, 20,461 telur ada di grosir, agen menyimpan sebanyak 23,140 telur, distributor menyimpan ketersediaan sebesar 53,370 telur, pedagang eceran memiliki stok mencapai 21,730 telur, swalayan memiliki 7,557 telur, industri pengolahan memiliki stok 7,492 telur, usaha lainnya memiliki 7,863 telur dan rumah tangga memiliki ketersediaan sebanyak 10,838 telur.
Sebelumnya, Koperasi Peternak Kendal mewanti-wanti akan mengepung Istana Negara apabila harga telur di pasar tidak kembali pulih seiring tingginya biaya produksi akibat kenaikan harga jagung pakan sejak triwulan pertama tahun ini. Peringatan itu disampaikan Ketua Koperasi Peternak Kendal Suwardi kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan saat satu sesi dalam dialog agribisnis yang diadakan oleh Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia secara daring, Rabu, 6 Oktober 2021.
“Kondisi kami sudah sangat parah, mungkin dalam waktu dekat Istana mau dikepung dengan telur dan ayam,” kata Suwardi.
Selama kenaikan harga jagung untuk pakan itu, Koperasi Peternak mencatatkan kerugian mencapai Rp 3,72 miliar sejak triwulan pertama tahun ini. Suwardi mengatakan kerugian itu disebabkan karena pemerintah tidak mampu menstabilkan harga jagung pakan yang menjadi komponen utama biaya produksi peternak.
Suwardi menerangkan biaya produksi telur sebesar Rp 21,540 untuk batas bawah dengan kondisi hari ini. Suwardi mengatakan biaya produksi itu bakal tinggi jika menggunakan asumsi produksi telur premium.
“Berkaitan dengan masalah harga pokok penjualan [HPP] pada dasarnya harga telur riil hari ini yang laku di kami adalah Rp14.000, kerugian kami hari ini Rp7.450 untuk hitungan pokok produksi dikalikan dengan produksi telur anggota kami 500 ton sehari,” kata Suwardi.
SUMBER: TEMPO.CO