SUKABUMIUPDATE.com - Setelah varietas pertama Madiun 1 dirilis pada Februari 2020 lalu oleh Balai Benih Nasional, porang dimasukkan sebagai salah satu komoditas dalam program Gratieks alias Gerakan tiga kali lipat ekspor.
Mengutip dari laman Badan Litbang Kementerian Pertanian, porang menjadi primadona baru untuk komoditas ekspor. Permintaan industri untuk bahan baku porang cukup tinggi menyebabkan banyak petani yang berminat membudidayakan porang.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan ekspor porang pada tahun 2020 sebanyak 32.000 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,42 triliun ke sejumlah negara seperti Jepang, Cina, Vietnam, Australia dan lain sebagainya. "Ada peningkatan sebesar 160 persen dari tahun 2019," katanya.
Salah satu upaya Kementerian Pertanian mendongkrak produksi porang adalah dengan cara ekstensifikasi yakni mengadakan lahan 32.000 Hektare di 37 Kabupaten 10 Provinsi di Indonesia.
Upaya perluasan lahan porang itu didukung dengan varietas porang Madiun 1 pada tahun 2020 untuk mendukung ketersediaan benih porang secara nasional.
Syahrul mengatakan strategi pengembangan tanaman porang akan dilakukan dengan memacu riset pengolahan dan produk turunannya ke arah industri pangan. Pemerintah, kata dia, juga melakukan pengawasan larangan ekspor porang segar berupa umbi, bulbil, biji dalam rangka mengamankan plasma nutfah porang di dalam negeri.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan peluang ekspor maupun pasar produk-produk olahan dari bahan porang di dalam negeri masih terbuka lebar.
Tingginya peluang pasar, kata Fadjry, membuat potensi porang masih banyak yang dapat dikembangkan. Metode kultur jaringan akan digunakan untuk memperbanyak benih porang.
SUMBER: TEMPO