SUKABUMIUPDATE.com - Program Petani Milenial yang diiniasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini memasuki tahap magang. 33 petani milenial terpilih dikirim ke Kabupaten Sukabumi untuk belajar ternak puyuh.
Hal ini merupakan salah satu syarat utama untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta. Saat ini pemagangan di Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) baru pada komoditas telur puyuh., sementara untuk komoditas ayam pedaging belum dilakukan.
"Untuk kegiatan magang tersentral pada lokasi yang ditetapkan perangkat daerah. Komoditas puyuh dilakukan di lokasi industri di Sukabumi, komoditas ayam pedaging di lokasi industri di Kabupaten Bandung," ujar Kepala DKPP Provinsi Jawa Barat Jafar Ismail berdasarkan rilis resmi tim Humas Jabar dikutip dari tempo.co.
Jafar memastikan, berbagai kalangan dilibatkan dalam kegiatan pemagangan ini, baik itu praktisi profesional, perusahaan, industri yang diikuti 66 peserta yang terpilih dalam seleksi tahap dua. Adapun untuk Komoditas puyuh melibatkan offtaker CV Slamet Quail Farm (SQF) yang berlokasi di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Cilangkap di Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi.
Untuk ayam pedaging perusahaan offtakernya PT Suryapratama Nusantara Sejahtera. Jafar menambahkan, mereka yang terpilih dalam seleksi tahap dua berjumlah 66 orang, masing-masing 33 orang untuk komoditas burung puyuh dan 33 orang lainnya komoditas ayam pedaging."Pemagangan dilakukan secara bertahap," pungkasnya.
Pemprov Jabar memilih CV Slamet Quail Farm (SQF) sebagai offtaker program petani milenial untuk komoditas puyuh memang tidak salah. Mengutip tabloidsinartani.com, SQF disebut-saat ini banyak dikenal oleh para peternak di Indonesia, sebagai tempat belajar berbisnis puyuh.
Adalah Slamet Wuryadi yang menjadi figur di balik SQF. Ia mencintai puyuh, tak terlepas dari pengalamannya sejak menempuh kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Awal kariernya juga menghantarkan Slamet bekerja di korporasi peternakan, Sierad. Titik luncur dirinya menguasai ilmu dan praktik budidaya puyuh juga didapatkan Slamet saat menjadi Manajer PT Golden Quail Farm, sebuah peternakan puyuh terbesar di Asia.
Ternak puyuh Slamet pun berkembang pesat karena beternak puyuh memang mudah dan kemampuannya untuk terus mengkaji dan meneliti segala hal yang berkaitan dengan beternak burung puyuh agar efisien. Salah satu penelitiannya adalah pemuliaan mutu genetik yang dibudidayakannya.
Dari berusaha sendiri, Slamet kemudian menularkan virus bisnis puyuhnya kepada tetangga sekitarnya dan membentuk kelompok tani dan membentuk unit bisnis PT Slamet Quail Farm (SQF). Dirinya kemudian merumuskan SOP untuk memelihara puyuh agar lebih efisien.
"Beternak puyuh itu, rakyat banget. Siapa saja bisa beternak puyuh. Tidak harus pengusaha besar. Puyuh juga menjadi mutiara terpendam, bahkan tidak pernah muncul di berbagai pameran besar industri peternakan," bebernya. Padahal, diantara usaha peternakan lainnya. BEP (balik modal) usaha puyuh termasuk paling cepat yaitu kurang dari dua tahun.
Usaha ternak puyuhnya kini tidak hanya menyentuh peternak puyuh di kandang saja tetapi juga kaum perempuan di Sukabumi, khususnya perempuan single parent. Melalui kelompok yang dibentuk Slamet, kaum perempuan dilatih mengembangkan berbagai olahan berbasis puyuh. Mulai dari bakso puyuh, telur puyuh asin, abon puyuh, hingga steak puyuh. Bahkan dalam lomba se-Provinsi Jawa Barat, Bakso Puyuh dari PT SQF berhasil menyabet juara pertama.
Eksistensi Slamet kemudian berbuah penghargaan Pelopor Ketahanan Pangan (2013), Nastiti Budidaya Satwa (2014) hingga Adhikarya Pangan Nusantara (2015). Untuk masa depan, dirinya ingin agar Indonesia mampu mencintai puyuh dengan mengkonsumsi aneka produk puyuh, serta membudidayakannya.