SUKABUMIUPDATE.com - Imlek identik dengan kue keranjang atau sering juga disebut dodol imlek. Kue manis dengan tekstur lengket ini punya sejarah panjang, dan tahun ini banyak pengrajinnya yang harus mengelus dada, karena pesanan menurun akibat digebuk pandemi covid-19, termasuk di Sukabumi.
Menyalin tempo.co, kue keranjang diperkirakan sudah ada lebih dari 2.000 tahun lalu atau sebelum penanggalan Tionghoa ditetapkan pada Dinasti Zhou di abad ke-11 sampai 256 sebelum masehi. Masyarakat Tionghoa mempersembahkan kue dengan nama nian gao ini sebagai persembahan kepada dewa dan leluhur.
Dalam buku berjudul Tahun Baru Cina: Fakta dan Cerita Rakyat karya William C. Hu tertulis awalnya kue keranjang disantap pada hari kesembilan di bulan kesembilan, bukan saat tahun baru Cina atau Imlek. Pada Dinasti Tang di tahun 618 sampai 907 masehi, nian gao menjadi makanan tradisional masyarakat Tionghoa yang disantap saat Festival Musim Semi.
Kemudian di masa Dinasti Qing periode 1636 sampai 1912, nian gao berkembang menjadi camilan masyarakat yang dapat dimakan kapan saja. Meski begitu, kue dari beras ini tetap punya posisi penting di setiap festival.
Pengrajin kue keranjang atau dodok Imlek di Jalan Tipar Kota Sukabumi
Di masa Dinasti Han pada 206 sebelum masehi sampai 220 masehi, kue keranjang memiliki makna 'tinggi', 'peningkatan', hingga menjadi simbol kesuksesan. Sarjana Tionghoa abad ke-17 Liu Tong mencatat pada tahun baru Imlek, salah satu sajian penting yang tersaji di meja adalah sejenis kue manis dan lengket terbuat dari beras ketan yang dikukus, inilah yang dia maksud dengan nian niangao alias nian gao.
Tahun ke tahun produksi kue keranjang tetap bertahan karena memang bagian dari perayaan Imlek. Namun tahun ini seperti juga perayaan lainnya, Imlek harus berlangsung dengan pembatasan akibat pandemi covid-19.
Imlek tanpa perayaan ini, berdampak pada turunnya produksi kue keranjang. Di Sukabumi pengrajin kue yang juga disebut dodol Imlek ini mengalami penurunan produksi hingga 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ovi, salah seorang pengrajin dodol imlek di Jalan Tipar Kota Sukabumi bahkan mengirimkan emot menangis saat ditanya soal usahanya ditengah pandemi saat ini. "Tahun ini sisa produksi sampai 1 ton," jelas Ovi kepada sukabumiupdate.com melalui pesan singkat, Jumat (12/2/2021).
Produk kue keranjang (dodol Imlek) pengrajin di Tipar Kota Sukabumi
Ia menerangkan tahun lalu keluarganya memproduksi dodol imlek hingga 35 Ton dan tahun ini hanya 28 ton itu pun banyak tidak terserah ke konsumen. "Pesanan berkurang hingga 20 persen dari sebelumnya. Mungkin para khawatir mau bagi-bagi dodol imlek," ungkap perempuan ini lebih jauh.
Ia bersyukur masih ada yang pesen bahkan jelang Imlek masih ada yang pesen tapi sudah tidak sempat diproduksi karena mepet waktunya. Tahun ini, rumah produksi dodol Imleknya hanya mempekerjakan 10 orang, jauh berkurang dibandingkan tahun 2020 hingga 25 pekerja untuk mengejar target pesanan.
Harga kue keranjang atau dodol Imlek tahun ini sambung Ovi naik jadi Rp 42 ribu. "Biasanya sehari sebelum Imlek kita masih berani produksi, tahun ini nggak," pungkas Ovi.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.