SUKABUMIUPDATE.com - Peci atau kopeah kulit kayu karya warga Kota Sukabumi yang digemari hingga negeri jiran (Malaysia) ternyata lahir di tengah pandemi covid-19. Eksotis karena peci berbahan kulit kayu jarang ada, dan pengrajinnya adalah seorang ustadz sekaligus pengajar di salah satu pondok pesantren di Sukabumi.
Namanya Ajat Abdul Muti, sejak bulan Juni 2020 silam ia mulai mencetuskan untuk memproduksi hal unik yaitu peci dari kulit kayu. Karya sederhana tapi menarik ini diproduksi dengan alat seadanya di rumah sang ustadz di RT 05 RW 02 Jeruk Nyelap, Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi.
Tim reporter Praktek Kerja Lapangan STAIS sukabumiupdate.com berkesempatan melihat produksi peci yang juga dipromosikan oleh Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi ini beberapa waktu lalu. di rumah sederhana itu, Ajat tinggal bersama istri dan dua anaknya.
"Ketrampilan ini saya manfaatkan untuk mengisi waktu yang banyak kosong dari pekerjaan pada awal masa pandemi covid-19," jelasnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (20/1/2021) kemarin.
Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi saat memakai peci kuli kayu karya Ajat Abdul Muti
“Awalnya hanya iseng. Suatu waktu ada yang suka, saya postinglah lewat media sosial (Facebook) alhamdulillah banyak yang minat sampai sekarang jadi usaha,“ kata Ajat menceritakan awal mula bisnis tersebut.
Menurut Ajat, kulit kayu peci buatannya berasal dari kayu lantung yang ia pesan secara online dari daerah Bengkulu. Jenis kulit kayu ini lebih lentur untuk dibentuk dan kuat.
Berbekal gunting, cutter, alat tulis, meteran, lem, benang goni dan jarum jahit, dimulailah proses kreatif tersebut. Pertama, kulit kayu yang lebar berbentuk persegi dipotong menjadi dua bagian, untuk pola atas peci, dan pola samping peci.
“Setelah membentuk pola untuk bagian atas dan bagian samping peci, keduanya disambungkan menggunakan lem,” terang Ajat sambil mempraktekan prosesnya kepada tim sukabumiupdate.com.
Ajat Abdul Muti, tunjukkan peci kulit kayu hasil karyanya yang sudah dikenal hingga mancanegara
Bagian sisi atas peci tersebut kemudian dijahit menggunakan bahan benang kulit kayu yang sudah disiapkan. Lalu memasang lis bagian bawah peci. Proses terakhir perapihan hingga pengecapan brand (merek) pada bagian dalam peci.
"Kami beri merek Alfiyah Collection," sambungnya.
Untuk membuat satu peci kulit kayu, Ajat hanya butuh waktu sekitar 20 menit. Dalam sehari bisa menghasilkan 5 peci, untuk mengejar target pesanan.
"Alhamdulilah, perbulan bisa terjual 30-50 buah peci," ungkap Ajat.
Bersama istri, Ajat Abdul Muti tunjukkan koleksi peci kulit kayu produksinya
Peci kulit kayu Alfiyah Collection kini punya 5 motif. Mulai dari motif anyam, polos, padang, gambar trompah dan songkok. Ternyata peci ini cukup diminati khususnya kalangan santri, yang menjadi 80 persen pasar selama ini.
"Harganya mungkin masih bersahabat, Rp 125 ribu untuk semua motif," bebernya.
Peci kulit ini bisa bertahan hingga 1 tahun dengan pemakaian terus menerus. Namun perawatannya harus lebih telaten, "Tidak dianjurkan untuk dicuci, cukup dilap dan disemprot saja,” ungkapnya.
BACA JUGA: Lulus SMK Jadi Pengusaha Kukumul (Pelampung Pancing), Semangat Pemuda Sukabumi
Hari ke hari, peci kulit kayu Ajat makin dikenal. Karena menggunakan pesaranan digital via media sosial, peci ini sudah dikirim ke luar pulau jawa; Pontianak, Kalimantan, Aceh dan kota besar lainnya.
"Bahkan sudah dikirim ke Negeri Jiran Malaysia. Semua pemesanan rata-rata dilakukan melalui aplikasi belanja online," tutupnya.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.