SUKABUMIUPDATE.com - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) drh Slamet menyoroti soal naiknya harga kedelai. Ia menilai, kenaikan harga kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat ini menambah beban petani lokal. Pasalnya, sebelum harga kedelai naik pun para petani telah kesulitan mendapatkan komoditas tersebut.
"Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah nasib para petani Indonesia. Sudah tata kelola distribusinya jelek (langka saat petani butuh), sekarang harga dinaikkan," kata Slamet kepada media, Selasa (5/1/2020).
"Dari harga asal Rp 7.200 per kilogram, kini menjadi Rp 9.200 per kilogram. Sementara harga kedelai lokal yang harganya Rp 9.500 per kilogram memang jarang digunakan oleh industri tempe atau tahu," tambahnya.
Slamet mengatakan, pihaknya telah sering mengingatkan pemerintah ihwal kenaikan harga kedelai ini ketika pemerintah lebih banyak melakukan impor ketimbang memberdayakan produk petani dalam negeri.
"Ini baru kedelai, belum beras dan lainnya. Hanya menunggu waktu jika pemerintah belum juga menjadikan pertanian pangan dalam negeri berdaulat di negeri sendiri," tegas Slamet.
Dengan situasi seperti ini, sambung Slamet, sudah saatnya Kementerian Pertanian segera membenahi industri pertanian kedelai lokal. Kementan harus menyusun formulasi agar kualitas dan harga kedelai lokal bisa mendekati kualitas dan harga kedelai impor.
"Sehingga kita tidak dipermainkan oleh asing. Industri tempe atau tahu bisa menggunakan kedelai lokal sebagai bahan baku mereka," jelasnya.
Slamet mengungkapkan bahwa kedelai lokal telah terbukti lebih sehat karena tidak diproduksi dari hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism) seperti kedelai impor. Kedelai impor, kata Slamet, dapat menjadi produk dengan kualitas dan harga yang rendah karena telah direkayasa secara genetik.
"GMO menjadi pangan yang kontroversial sejak awal penemuannya. Tapi sekarang hal itu sudah menjadi hal yang dilupakan orang karena krisis ekonomi membuat orang lebih mempertimbangkan harga daripada keamanan pangan," pungkasnya.
Oleh karena itu, kondisi saat ini harus dimanfaatkan oleh Kementan untuk mendukung produk kedelai lokal agar bisa diproduksi lebih banyak dari sebelumnya.