Pajampangan Sukabumi Krisis Kelapa, Industri Rumahan Opak Terancam

Sukabumiupdate.com
Senin 07 Apr 2025, 11:20 WIB
Keberlangsungan industri rumahan opak di pajampangan Sukabumi terancam imbas krisis kelapa tua. (Sumber Foto: Dok. SU)

Keberlangsungan industri rumahan opak di pajampangan Sukabumi terancam imbas krisis kelapa tua. (Sumber Foto: Dok. SU)

SUKABUMIUPDATE.com - Para pengrajin opak di wilayah Pajampangan, Sukabumi, mulai merasakan kesulitan mendapatkan kelapa tua, selaku bahan baku utama pembuatan camilan tradisional khas daerah tersebut. Meski wilayah ini memiliki ribuan hektar perkebunan kelapa, baik milik pribadi maupun perusahaan, ketersediaan kelapa tua tetap tidak mencukupi.

Koordinator GSO (Gedung Sentral Opak) Baban mengungkapkan, bahwa banyak pengrajin kini terpaksa membeli kelapa tua dari luar daerah seperti Banten dan Lampung. Hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat signifikan.

"Selama ini kami biasa membeli kelapa tua dari kebun perorangan. Tapi belakangan stok sangat minim, apalagi menjelang Lebaran kemarin. Harga per butir kelapa tua bisa tembus Rp 20 ribu hingga Rp25 ribu," ujar pria yang akrab disapa Kang Baban itu kepada sukabumiupdate.com, Senin (7/4/2025).

Baca Juga: 7 Pilihan Camilan Sehat yang Bikin Kenyang untuk Mendukung Program Diet

Ia menjelaskan, meskipun pohon kelapa melimpah di Pajampangan, pemanfaatannya lebih banyak untuk air nira sebagai bahan baku gula merah, terutama di wilayah Surade. Bahkan, menurutnya kini banyak pohon kelapa yang ditebang tanpa ada program penanaman kembali. Sementara itu, sebagian besar panen kelapa yang ada lebih berorientasi pada kelapa muda (dawegan) yang laku keras di pasaran. Sejumlah faktor itulah yang menyebabkan wilayah Pajampangan krisis kelapa tua.

"Kalau pakai santan kemasan seperti KARA, hasil opaknya tidak bagus. Kelapa tua ini selain diambil santannya, juga dagingnya untuk bahan baku opak kembung, dan opak kejeng," tambahnya.

Menurut Baban, sentral produksi opak bisa membutuhkan ribuan butir kelapa tua. Seperti di Desa Kademangan, Kecamatan Surade, per bulannya bisa mencapai 3000 butir, dengan beras ketan 3 ton.

"Hingga saat ini sudah ada 40 produksi opak dari wilayah Pajampangan yang masuk di GSO," ujarnya.

Baban menyebut kelangkaan kelapa tua ini menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan industri rumahan opak yang menjadi salah satu identitas kuliner khas Pajampangan. Para pengrajin berharap ada perhatian dari pemerintah atau pihak terkait untuk mengatasi persoalan ini.

"Termasuk dengan program reboisasi pohon kelapa dan regulasi distribusi bahan baku lokal," pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini