SUKABUMIUPDATE.com - Kelangkaan pupuk dan masuknya musim kemarau menjadi penyebab petani bernama Uba (68 tahun) rugi hingga dua ton dalam satu kali panen. Uba merupakan petani padi dan jagung asal Kampung Girijaya, Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Khusus jagung, dalam setahun Uba biasanya menanam sampai tiga kali masa panen di lahan miliknya seluas 5.000 meter persegi dengan hasil 6 ton. Uba mengaku kelangkaan pupuk dan kemarau menjadi sebab dirinya kini merugi. Sepanjang 2024, Uba hanya mengasilkan 80 kilogram jagung dalam sekali panen.
“Gara-gara pupuk langka ini saya sekarang gagal panen, hampir setengah hektare menanam jagung. Udah pupuk langka, terus enggak ada air, masuk musim kemarau. Jelas rugi. Saya seharusnya dapat dua ton jagung (sekali panen), sekarang 80 kilogram,” kata dia kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 10 September 2024.
Menurut Uba, akses untuk mendapatkan pupuk subsidi memang mudah, namun persediannya langka dan setiap petani dibatasi. “Sekarang lebih mudah hanya pakai KTP, tapi pupuknya langka. Kalau dapat juga terbatas. Biasanya dikasih satu ton, sekarang 1,5 kuintal. Itu (sudah terjadi) satu tahun ke belakang,” ujarnya.
Sementara itu, Uba menyebut kebutuhan pupuk dalam satu kali masa tanam adalah 3 kuintal dengan dua kali pemupukan hingga panen. “Satu kali mupuk 1,5 kuintal. Dalam satu kali panen dua kali mupuk harusnya. Kalau jagung kan tiga kali masa tanam dalam setahun, sedangkan pupuk dikasihnya 1,5 kuintal setahun,” jelas dia.
Baca Juga: Jaenudin Sebut Pupuk Masih Jadi Kendala Program Kemandirian Pangan di Daerah
Manajer Penjualan Pupuk Indonesia Wilayah Jabar II dan DKI, Sidharta, mengatakan persediaan pupuk subsidi di Gudang Lini III Cibolang dan Cibadak mencapai 8.000 ton dengan minimun persediaan 2.500 per gudang, sehingga persediaan ini surplus 305 persen. Secara rinci, pupuk urea 4.444 ton dan NPK 3.836 ton.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan apa yang dialami Uba. "Sangat aman untuk menyambut musim hujan dan musim tanam di musim ketiga," ujarnya.
Adapun untuk menjawab isu kelangkaan pupuk di kalangan petani, Sidharta memastikan berdasarkan data dan monitoring di gudang serta distributor, ketersediaan pupuk subsidi dipastikan aman. “Kami sudah melakukan monitoring dari stok gudang kami, stok distributor, dan stok kios, kami pastikan aman,” kata dia.
Dalam penjelasannya, pupuk subsidi ini diperuntukkan bagi 238.626 petani yang terdaftar sejak Agustus 2024. Mereka tersebar di 3.520 kelompok tani di 47 kecamatan Kabupaten Sukabumi dengan luas lahan pertanian 80.567 hektare. Hingga Agustus 2024, baru 56 persen petani yang sudah melakukan penebusan pupuk subsidi.
“Petani yang berhak mendapatkan pupuk subsidi yaitu petani yang tergabung dalam kelompok tani serta terdaftar dalam elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK). Selain dapat menggunakan kartu tani, petani juga dapat memakai KTP melalui iPubers” kata Sidharta.
Drikarsa, selaku Officer Pendukung Penjualan Wilayah 1 Pupuk Indonesia menambahkan, biasanya kesulitan terjadi karena petani yang mengakses pupuk subsidi bukan petani yang masuk kedalam kategori penerima.
"Hanya ada sembilan komoditas pertanian yang diberikan pupuk subsidi yaitu subsektor tanaman pangan padi, jagung, dan kedelai. Lalu subsektor tanaman hortikultura cabai, bawang merah, dan bawang putih. Kemudian subsektor perkebunan tebu rakyat, kakao, dan kopi. Selain itu tidak disubsidi. Bisa juga karena kios belum mendapatkan SK dari bupati setempat. Kalau tidak ada SK, proses pendistribusian pupuk juga bisa terkendala," katanya.